Tanggal 5 dan 6 Desember kantor tempat saya bekerja (Ikatan Akuntan Indonesia divisi USAP) mengadakan kegiatan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik Indonesia (Certified Public Accountant-Indonesia). Di Auditorium Binakarna Menara Bidakara, Jakarta. Kegiatan ini diadakan dua kali setahun dengan tujuan menyaring profesi para akuntan untuk lebih profesional dalam bidangnya. Periode ini ada 306 peserta yang mengikuti, mereka berasal dari berbagai kalangan (akuntan publik, akuntan pemerintahan, akuntan pendidik, konsultan, dsb). Di periode sebelumnya ada 241 peserta yang mengikuti dan yang berhasil lulus hanya 11 orang (GOSH!!! could you imagine???), tentunya harus memenuhi standar kualifikasi yang telah ditetapkan yang disesuaikan dengan kondisi bidang akuntansi di Indonesia. Tidak mudah memang, karena para akuntan yang mengikuti ujian ini harus mengikuti tes kemampuan tujuh subjek pokok, yaitu: Pelaporan Akuntansi dan Keuangan (PAK), Auditing dan Jasa Atestasi lainnya (AUD), Akuntansi Manajemen (AM), Manajemen Keuangan (MK), Sistem Informasi Akuntansi (SIA), Perpajakan (PJK), Hukum Komersial (HK). Jumlah soal yang harus mereka jawab terdiri dari 385 soal pilihan ganda dan 6 essai. Kali ini adalah pengalaman pertama saya menjadi panitia sekaligus pengawas (cadangan), secara salah satu pengawas dari UI berhalangan hadir karena sakit.
Fiuhh!!! Capek juga mengawasi orang ujian 8 jam seharian, hanya diselingi dengan sholat, lunch dan coffebreak. Tapi saya cukup menikmati, karena saya senang mengamati banyak hal.
Sewaktu pelaksanaan ujian ada banyak hal-hal lucu, saya mengamati tingkah laku beberapa peserta. Hari pertama saya mengawas di sektor satu baris ke 11 dan 12. Perlu diketahui, sepuluh orang peserta diawasi oleh seorang pengawas yang posisinya masing-masing berada di samping meja ujian. Meja yang digunakan bentuknya memanjang tanpa laci atau tempat untuk menaruh barang apapun, di atas meja tak boleh ada barang lain selain alat tulis dan kartu ujian yang terpampang foto si peserta untuk dicocokkan dengan wajah peserta (maklum, sudah rahasia umum perjokian di Indonesia marak, khususnya di bidang pendidikan). Jarak satu peserta ke peserta lainnya setengah meter dari kiri kanan dan depan belakang. Setiap peserta tidak mendapatkan soal yang sama dengan peserta di sebelah kanan kiri dan depan belakangnya. Jadi, kualitas pelaksanaan ujian tergantung dari pengawas. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal berkisar 1 - 2 menit.
Beberapa hal yang sering membuat saya tertawa geli sendirian sewaktu mengawasi ujian lebih dikarenakan pengamatan saya terhadap tingkah laku peserta, seperti: mondar-mandir ke toilet dibuntuti pengawas dan ditunggu di depan pintu toilet (hahaha...), garuk-garuk kepala, mengelus-elus kening, diam dengan tegak seperti sedang memohon pencerahan (mungkin berkonsentrasi mengumpulkan ingatan akan pengetahuan yang bisa membantu menjawab soal yang ada), menggoyang-goyangkan kaki, mengusap-usap tengkuk leher, memencet hidung atau juga mengelus-elusnya, merem melek, melihat ke atas, komat kamit, ada juga ibu hamil yang mengelus-elus perutnya (mungkin untuk menenangkan si jabang bayi yang mulai bergerak, atau berharap keberuntungan si bayi membantu menjawab soal, lho???), ada juga yang teler alias tidur, dan masih banyak lagi. Ya ampuuunnn!!! bayar untuk ikut ujian hingga 3 juta tapi kok nggak siap???
Orang-orang yang direkrut untuk pelaksanaan ujian ini adalah orang-orang independen dan disaring cukup ketat. Diusahakan untuk komit dengan kesepakatan untuk bebas dari conflict of interest, karena tanggung jawab orang-orang ini adalah ke publik. Tak ada pihak manapun yang punya hak menekan. Mohon doanya yaa...Semoga atasan saya dan tim dapat bekerja dengan baik hingga pengumuman kelulusan.
Btw, hari pertama berangkat ke tempat pelaksanaan Jakarta diguyur hujan semalaman, alhasil di beberapa wilayah terkena banjir. Jalan-jalan yang harus saya lalui dari rumah ke Menara Bidakara pun begitu. Jam 5 pagi saya sudah berangkat naik bus Patas AC 49 jurusan Tanjung Priuk - Blok M, setelah sebelumnya saya naik angkot KWK 07 ke Halte Polres Jak-Ut dengan menenteng sepatu dan memakai sandal jepit kuning. Setelah mendapati kursi empuk di bus, saya sibuk mengganti sandal jepit dengan sepatu. Saya selalu menyediakan tisu basah antiseptik, lalu saya bersihkan kulit kaki saya menggunakan tuh tisu, dilanjutkan memakai kaus kaki dan sepatu boots hitam. Rasa tenang hinggap ketika bus yang saya tumpangi memasuki jalan tol, jalur alternatif terbaik ketika Jakarta diguyur hujan. Tiba di Bidakara jam 7 kurang 15 menit, saya janji jam setengah 7 (terlambat 15 menitt euyy!!!), sorenya saya memutuskan untuk ikut menerima tawaran menginap panitia di Hotel Bumi Karsa yang masih satu komplek dengan area ujian. Subuh sekitar jam 4 suhu badan saya mulai naik, OMG! Saya drop, alhasil hari ke dua saya tak dapat bekerja secara maksimal. Manajer saya menegaskan saya untuk istirahat di kamar hingga jam 12 siang plus mengkonsumsi obat dan multivitamin. Rasanya berat meninggalkan teman-teman lain yang satu tim, meninggalkan tugas, meninggalkan momen-momen dan hal-hal lucu (meski mungkin ada yang beranggapan membosankan).
ps: foto diambil diam-diam secara terbatas, huehuehue...
Fiuhh!!! Capek juga mengawasi orang ujian 8 jam seharian, hanya diselingi dengan sholat, lunch dan coffebreak. Tapi saya cukup menikmati, karena saya senang mengamati banyak hal.
Sewaktu pelaksanaan ujian ada banyak hal-hal lucu, saya mengamati tingkah laku beberapa peserta. Hari pertama saya mengawas di sektor satu baris ke 11 dan 12. Perlu diketahui, sepuluh orang peserta diawasi oleh seorang pengawas yang posisinya masing-masing berada di samping meja ujian. Meja yang digunakan bentuknya memanjang tanpa laci atau tempat untuk menaruh barang apapun, di atas meja tak boleh ada barang lain selain alat tulis dan kartu ujian yang terpampang foto si peserta untuk dicocokkan dengan wajah peserta (maklum, sudah rahasia umum perjokian di Indonesia marak, khususnya di bidang pendidikan). Jarak satu peserta ke peserta lainnya setengah meter dari kiri kanan dan depan belakang. Setiap peserta tidak mendapatkan soal yang sama dengan peserta di sebelah kanan kiri dan depan belakangnya. Jadi, kualitas pelaksanaan ujian tergantung dari pengawas. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal berkisar 1 - 2 menit.
Beberapa hal yang sering membuat saya tertawa geli sendirian sewaktu mengawasi ujian lebih dikarenakan pengamatan saya terhadap tingkah laku peserta, seperti: mondar-mandir ke toilet dibuntuti pengawas dan ditunggu di depan pintu toilet (hahaha...), garuk-garuk kepala, mengelus-elus kening, diam dengan tegak seperti sedang memohon pencerahan (mungkin berkonsentrasi mengumpulkan ingatan akan pengetahuan yang bisa membantu menjawab soal yang ada), menggoyang-goyangkan kaki, mengusap-usap tengkuk leher, memencet hidung atau juga mengelus-elusnya, merem melek, melihat ke atas, komat kamit, ada juga ibu hamil yang mengelus-elus perutnya (mungkin untuk menenangkan si jabang bayi yang mulai bergerak, atau berharap keberuntungan si bayi membantu menjawab soal, lho???), ada juga yang teler alias tidur, dan masih banyak lagi. Ya ampuuunnn!!! bayar untuk ikut ujian hingga 3 juta tapi kok nggak siap???
Orang-orang yang direkrut untuk pelaksanaan ujian ini adalah orang-orang independen dan disaring cukup ketat. Diusahakan untuk komit dengan kesepakatan untuk bebas dari conflict of interest, karena tanggung jawab orang-orang ini adalah ke publik. Tak ada pihak manapun yang punya hak menekan. Mohon doanya yaa...Semoga atasan saya dan tim dapat bekerja dengan baik hingga pengumuman kelulusan.
Btw, hari pertama berangkat ke tempat pelaksanaan Jakarta diguyur hujan semalaman, alhasil di beberapa wilayah terkena banjir. Jalan-jalan yang harus saya lalui dari rumah ke Menara Bidakara pun begitu. Jam 5 pagi saya sudah berangkat naik bus Patas AC 49 jurusan Tanjung Priuk - Blok M, setelah sebelumnya saya naik angkot KWK 07 ke Halte Polres Jak-Ut dengan menenteng sepatu dan memakai sandal jepit kuning. Setelah mendapati kursi empuk di bus, saya sibuk mengganti sandal jepit dengan sepatu. Saya selalu menyediakan tisu basah antiseptik, lalu saya bersihkan kulit kaki saya menggunakan tuh tisu, dilanjutkan memakai kaus kaki dan sepatu boots hitam. Rasa tenang hinggap ketika bus yang saya tumpangi memasuki jalan tol, jalur alternatif terbaik ketika Jakarta diguyur hujan. Tiba di Bidakara jam 7 kurang 15 menit, saya janji jam setengah 7 (terlambat 15 menitt euyy!!!), sorenya saya memutuskan untuk ikut menerima tawaran menginap panitia di Hotel Bumi Karsa yang masih satu komplek dengan area ujian. Subuh sekitar jam 4 suhu badan saya mulai naik, OMG! Saya drop, alhasil hari ke dua saya tak dapat bekerja secara maksimal. Manajer saya menegaskan saya untuk istirahat di kamar hingga jam 12 siang plus mengkonsumsi obat dan multivitamin. Rasanya berat meninggalkan teman-teman lain yang satu tim, meninggalkan tugas, meninggalkan momen-momen dan hal-hal lucu (meski mungkin ada yang beranggapan membosankan).
ps: foto diambil diam-diam secara terbatas, huehuehue...
wuih....meja nya penuh buku.....ampuunn hehehhee
ReplyDeletemejanya doang, tp pikirannya biasa saja :D ampuuuuuuuunn..
ReplyDeleteMbak, saya link dari blog saya yah.
ReplyDeleteSalam kenal, Bong
mbak kemarin saya ikut dan cuma lulus 3 (untuk dibayarin kantor) mau tanya gmana nasib saya nih denger2 untuk periode kedepan usap tdk dilakukan iai lagi????
ReplyDelete