So we talked all night about the rest of our lives
where we’re gonna be when we turn 25
I keep on thinking times will never change
keep on thinking things will always be the same
but when we leave this year we won’t be coming back
no more hanging out cause we’re on a different track
and if you got something that you need to say
you better say it right now
cause you don’t have another day
cause we’re moving on and we can’t slow down
these memories are playing like a without sound
I keep thinking of that night in June
didn’t know much of love nut it came too soon
and there was me and you and when we got real blue
we’d stay at home talking on the telephone
we’d get so excited and we’d get so scared
laughing at ourselves thinking life’s not fair
*and this is how it feels…
as we go on, we remember
all the times we, had together
and as our lives change
come whatever
we will still be friends forever
so if we get the big jobs and we make the big money
when we look back at now will our jokes still be funny?
will we still remember everything we learned in school
still be trying to break every single rule?
will little brainy Bobby be the stockbroker man?
will heather find a job that won’t interfere with her tan?
I keep- I keep thinking that it’s not goodbye
keep on thinking it’s our time to fly
*and this is how it feels…
as we go on, we remember
all the times we, had together
and as our lives change
come whatever
we will still be friends forever
will we think about tomorrow like we think about now?
can we survive it out there
can we make it somehow?
I guess I thought this would never end
and suddenly it’s like we’re women and men
will the past be a shadow that will follow us around
will these memories fade when I leave this town?
I keep- keep thinking that it’s not goodbye
keep on thinking it’s our time to fly
*and this is how it feels…
as we go on, we remember
all the times we, had together
and as our lives change
come whatever
we will still be friends forever
Sejenak mengingat banyak kenangan dengan teman-teman lama. ingin sekali bertemu mereka, teman-teman semasa SD dan tetangga masa kecil sewaktu tinggal di kawasan perumahan komplek Alur Laut. Nama jalan yang sama dengan nama bunga yang menurutku enak didengar, Flamboyan. Main petak umpet, galasin, benteng, kasti, panjat pohon, kelereng, tepuk gambar, balap lari, balap sepeda, katapel, Nintendo, badminton, demprak, jelangkung, main kartu salah satunya yang saya paling ingat istilah Qyu Qyu. Meski masa kecil saya lebih banyak dihabiskan di Jakarta, nikmat dan indah sekali rasanya..
Ada Marina Limong, panggilannya Nina, sahabatku yang juga anak seorang pendeta. Anaknya baik dengan ciri khas wajah oriental, kulit putih dan bertubuh tambun, untuk ukuran anak seusianya badannya kelewat besar. Kecepatan larinya satu level dibawahku, tak pernah bosan nonton doraemon dan free willy. Hobi main boneka Barbie (dengan segala aksesorisnya yang lengkap) dan Othello, pokoknya permainan-permainan modern kala itu dia miliki. Dia juga punya koleksi ensiklopedi dunia yang lengkap, termasuk yang kala itu iklannya ngetrend seperti ini: "mengapa begini?", "mengapa begitu?", "mengapa...bla, bla, bla,...". Nina, kamu kemana yaa..? Dicari di FS gak ada. Kangen...
Ada Fathir, anak lelaki yang suka iseng dan usil, bertubuh kurus tinggi dan yang paling khas rambutnya yang agak jabrik. Saya dan teman-teman sekomplek sering diundang kakak-kakaknya ke rumah, sekedar main sambil disediakan makanan dan rujak. Katanya sih hal itu dilakukan karena Fathir kalau sendirian suka keluyuran tak jelas dan main jauh dari rumah. Saya selalu ingat pohon mangga di rumahnya yang selalu jadi incaran (hehe...). Usut punya usut ternyata dia asli Bugis, sekarang sudah tak tinggal lagi disana. Lagi-lagi saya kehilangan jejak.
Ada Doni, anak bungsu yang kolokan, dikit-dikit "mama", jago kandang doang. Badannya memang lebih besar dari saya, kulitnya juga hitam dan matanya sering melotot. Biasanya matanya makin membesar kalau ingin menakut-nakuti anak perempuan di komplekku, cuma saya sendiri yang berani melawan dia. Dia punya koleksi Tamiya yang lengkap, dia juga mengoleksi kartu-kartu Dragon Ball, kaset-kaset Nintendo, segala sesuatu yang berhubungan dengan Street Fighter. Hobinya memamerkkan semua yang dia miliki, tapi kalo masalah berkelahi, saya lah tetap pemenangnya. hihihihi... Secara mantan preman gitu loh..Kabar terakhir katanya dia sudah gagah dan keren seperti Bondan Prakoso, memang mukanya mirip-mirip gitu deh.
Ada Ilham, dia anak lelaki yang tubuhnya paling bongsor meski kurus, rambutnya lurus model batok kelapa (jadi ingat Adi Bing Slamet). Anaknya pendiam, suka celingak celinguk memperhatikan sesuatu. IQ nya diatas rata-rata, selalu juara satu di sekolahnya. Hobinya belajar dan jarang main keluar bersama anak-anak lainnya, ini juga karena larangan bapaknya. Sekalinya dia keluar dan main, eh malah ngamuk karena kalah. Yang paling menakutkan kalau main kasti dan kelereng, saya selalu dikejar-kejar karena membuatnya kesal tak bisa menang. HAHAHA...dia mesti belajar sportivitas kali yaa. Eh, ternyata bapaknya datang menemui saya dan menjelaskan kalau anaknya itu punya penyakit darah tinggi.
Ada Eka, temanku ini sangat girly, tak bisa diajak main lari-lari atau balap sepeda. Hobinya dandan memakai baju-baju yang modis, yang paling saya ingat dari dia adalah topi pantainya. Memang terlihat makin cantik, Eka memang cocok jadi model. Badannya yang kurus semampai bak Kate Moss (hallahhh!). Suaranya bagus, cewek girly tapi suaranya cukup berat (*jangan dibayangkan). Simbiosis mutualisme berlaku, dia mengajari saya bagaimana belajar menjadi perempuan, kalau saya mengajari dia bagaimana bermain kelereng supaya menang. hihihihi...
Ada Erowati, anak perempuan berdarah Timor ini meski penampilannya khas sangat perempuan, tapi kalau main yang berbau-bau petualangan bisa seru juga. Tapi tetap saja buntut-buntutnya menangis kalau sudah ketakutan. Badannya kecil, berambut panjang sepaha. Katanya sih rambutnya tak boleh dipotong atas permintaan keluarganya. Lagipula pas memang dengan wajahnya yang manis plus hidung mancungnya. Hanya saja kalau dia bicara banyak teman-teman yang kurang mengerti, mungkin karena terbiasa memakai bahasa daerahnya kalau di rumah. Dia paling suka main petak umpet dan tepuk gambar. Pernah suatu kali saya dan teman-teman sekomplek main katapel di daerah dekat masjid sekitar rumah, di pohon-pohonnya yang tinggi besar biasa dihinggapi burung-burung pipit. Ada juga pohon Ceri (sebenarnya tak tahu jelas itu pohon apa), untuk mengambil buahnya agak riskan karena tidak bisa dipanjat seperti halnya pohon mangga. Akhirnya kami menggunakan katapel untuk mendapatkannya, setelah sebelumnya meletakkan koran tepat dibawah pohon. Satu hari kami iseng mengincar burung pipit yang hinggap, kena! Sayangnya burung itu mati, sewaktu kami ingin mengambilnya di tempat dia jatuh nafasnya sudah terengal-engal. Saat itu juga Ero menjerit nangis, ya ampuuunnn....Oh iya, kalau lomba kartini di musim tujuhbelasan dia selalu jadi juara, dengan pakaian daerah Jawa.
Ada Carla, bertubuh kecil kulit putih, rambut coklat sebahu. Dia memang ada darah keturunan asing, dulu kami hanya tahu orang tuanya keturunan bule (tak pusing bertanya bule negara apa). Anaknya centil, lincah dan ceriwis. Kalau ceriwisnya klop lah sama saya, kami sering diundang ke rumahnya. Hal ini dikarenakan rumahnya yang cukup besar itu hanya dia tempati berempat dengan kakak dan pembantu. Ibunya wanita pekerja, bapaknya sudah kawin lagi dengan perempuan lain. Dia selalu bercerita sambil menangis karena sering kesepian, makanya kami sering berkunjung ke rumahnya. Kabar terakhir, adik saya bertemu dia. Kata adikku yang jadi juniornya dulu sewaktu SMA dia jadi pemadat, dia sudah tiga kali pindah sekolah karena dikeluarkan. Sedihku.., tak pernah lagi dipertemukan dengan dia.
Ada Gery, anak ibu RT di komplekku yang berwajah tampan, masih ingat dengan sosok pahlawan bertopeng di film Sailormoon? Dia memang mirip-mirip seperti itu. Darah Batak dan Manado mengalir kental di tubuhnya, hobinya meledek teman-teman perempuan hingga menangis, suka memancing orang untuk berkelahi, pokoknya karakternya tak sesuai dengan tampangnya. Dia lawanku yang paling tangguh, kalau bermain kelereng, kasti, balap lari dan balap sepeda BMX posisi kami berselang seling untuk jadi pemenang.hahaha...Oh iya, pernah suatu kali dia memancing saya untuk berkelahi dengannya, semua yang dia katakan bikin hati panas dan geregetan. Bodohnya saya terpancing, lalu kami saling meledek. Suasana hati semakin memanas, herannya dia tidak berani keluar dari pagar rumahnya yang berada tepat di depan rumahku. Ketika saya keluar dari pagar rumah untuk menyambanginya di balik pagar rumahnya, eh dia malah melepas anjing herdernya. Sialan! Saya terbirit-birit masuk ke dalam rumah. Setelah itu keributan berlanjut, tiba-tiba dia menyiram depan rumahku dengan air kolam ikannya. Karena saya kesal saya siram juga rumahnya dengan air got berkali-kali (HAHAHA...), baunya setengah mati. Air selokan berwarna hitam itu memenuhi depan rumahnya, bahkan terciprat hingga ke jendela dan mobil Toyota Corolla hitam yang diparkir di garasinya juga kena. Heboh, sampai akhirnya ibu RT dan kakaknya yang bernama Terry keluar. Insiden berhenti karena teriakan-teriakan mereka. Malamnya ibuku didatangi ibu RT bercerita tentang insiden itu. Ibunya Gerry yang berwajah agak sangar dan berambut keriting berhasil membuat saya ngumpet ketakutan di dalam gudang. HAHAHA...konyol! Semester tiga kuliah, saya mendengar kabar bahwa Gerry meninggal karena overdosis. Tuhan...,semoga Engaku melapangkan jalannya menujuMu.
Lain halnya liburan masa kecilku yang di Palembang
Selalu diisi dengan memancing, berenang di anak sungai Musi di kampung kakek bernama Sirah Pulau Padang, jalan-jalan naik sepeda ke kampung-kampung lain, makan duren dan rambutan di kebun, yang hanya saya ingat saya dulu punya teman bernama Iro dan Kelli. Nama-nama temanku semasa di Palembang memang susah untuk diingat.
Yang paling mengesankan adalah hobi memancing dan berenang, suatu hari saya pernah dapat ikan Patin dan ikan Sepat yang besarnya setangan orang dewasa. Pulanglah saya dengan hati riang ke rumah nenek dan bercerita kejadian-kejadian seru hari itu. Saya juga minta diajari menyiang ikan dan memasaknya, rasanya nikmat makan hasil pancingan sendiri. Anehnya saya sudah tidak doyan makan ikan lagi hingga sekarang.
Kalau pengalaman berenang, saya pernah menginjak kura-kura besar sewaktu sedang asik berenang di sungai belakang rumah kakek. Saya masih ingat istilahnya dalam bahasa Palembang, namanya "Labi", aneh kan..Untung kura-kura jalannya lambat, karena terlalu takut tiba-tiba saya jadi berenang dengan cepat, tak perlu lagi makan udang mentah seperti yang dianjurkan teman-teman.
Meski jaman sudah semakin maju dengan teknologinya, tapi sudah beberapa kali saya coba cari di dunia maya belum ketemu. Saya juga tak ingat lagi nama lengkap mereka. Sekarang permainan anak-anak sudah tergantikan dengan komputer, mall, game online, play station, dan segala sesuatunya yang membatasi individu untuk human touch. Bisa jadi ini yang menyebabkan individualitas menjadi urutan teratas di kota-kota besar, kepedulian semakin basi. Ah jadi ingat kasus pemulung Supriono dan kasus Besse yang bisa jadi bermuara dari semakin kurangnya kepedulian masyarakat kita, terlebih pemerintahan kita yang setiap hari sibuk ngurus korupsi.
where we’re gonna be when we turn 25
I keep on thinking times will never change
keep on thinking things will always be the same
but when we leave this year we won’t be coming back
no more hanging out cause we’re on a different track
and if you got something that you need to say
you better say it right now
cause you don’t have another day
cause we’re moving on and we can’t slow down
these memories are playing like a without sound
I keep thinking of that night in June
didn’t know much of love nut it came too soon
and there was me and you and when we got real blue
we’d stay at home talking on the telephone
we’d get so excited and we’d get so scared
laughing at ourselves thinking life’s not fair
*and this is how it feels…
as we go on, we remember
all the times we, had together
and as our lives change
come whatever
we will still be friends forever
so if we get the big jobs and we make the big money
when we look back at now will our jokes still be funny?
will we still remember everything we learned in school
still be trying to break every single rule?
will little brainy Bobby be the stockbroker man?
will heather find a job that won’t interfere with her tan?
I keep- I keep thinking that it’s not goodbye
keep on thinking it’s our time to fly
*and this is how it feels…
as we go on, we remember
all the times we, had together
and as our lives change
come whatever
we will still be friends forever
will we think about tomorrow like we think about now?
can we survive it out there
can we make it somehow?
I guess I thought this would never end
and suddenly it’s like we’re women and men
will the past be a shadow that will follow us around
will these memories fade when I leave this town?
I keep- keep thinking that it’s not goodbye
keep on thinking it’s our time to fly
*and this is how it feels…
as we go on, we remember
all the times we, had together
and as our lives change
come whatever
we will still be friends forever
Sejenak mengingat banyak kenangan dengan teman-teman lama. ingin sekali bertemu mereka, teman-teman semasa SD dan tetangga masa kecil sewaktu tinggal di kawasan perumahan komplek Alur Laut. Nama jalan yang sama dengan nama bunga yang menurutku enak didengar, Flamboyan. Main petak umpet, galasin, benteng, kasti, panjat pohon, kelereng, tepuk gambar, balap lari, balap sepeda, katapel, Nintendo, badminton, demprak, jelangkung, main kartu salah satunya yang saya paling ingat istilah Qyu Qyu. Meski masa kecil saya lebih banyak dihabiskan di Jakarta, nikmat dan indah sekali rasanya..
Ada Marina Limong, panggilannya Nina, sahabatku yang juga anak seorang pendeta. Anaknya baik dengan ciri khas wajah oriental, kulit putih dan bertubuh tambun, untuk ukuran anak seusianya badannya kelewat besar. Kecepatan larinya satu level dibawahku, tak pernah bosan nonton doraemon dan free willy. Hobi main boneka Barbie (dengan segala aksesorisnya yang lengkap) dan Othello, pokoknya permainan-permainan modern kala itu dia miliki. Dia juga punya koleksi ensiklopedi dunia yang lengkap, termasuk yang kala itu iklannya ngetrend seperti ini: "mengapa begini?", "mengapa begitu?", "mengapa...bla, bla, bla,...". Nina, kamu kemana yaa..? Dicari di FS gak ada. Kangen...
Ada Fathir, anak lelaki yang suka iseng dan usil, bertubuh kurus tinggi dan yang paling khas rambutnya yang agak jabrik. Saya dan teman-teman sekomplek sering diundang kakak-kakaknya ke rumah, sekedar main sambil disediakan makanan dan rujak. Katanya sih hal itu dilakukan karena Fathir kalau sendirian suka keluyuran tak jelas dan main jauh dari rumah. Saya selalu ingat pohon mangga di rumahnya yang selalu jadi incaran (hehe...). Usut punya usut ternyata dia asli Bugis, sekarang sudah tak tinggal lagi disana. Lagi-lagi saya kehilangan jejak.
Ada Doni, anak bungsu yang kolokan, dikit-dikit "mama", jago kandang doang. Badannya memang lebih besar dari saya, kulitnya juga hitam dan matanya sering melotot. Biasanya matanya makin membesar kalau ingin menakut-nakuti anak perempuan di komplekku, cuma saya sendiri yang berani melawan dia. Dia punya koleksi Tamiya yang lengkap, dia juga mengoleksi kartu-kartu Dragon Ball, kaset-kaset Nintendo, segala sesuatu yang berhubungan dengan Street Fighter. Hobinya memamerkkan semua yang dia miliki, tapi kalo masalah berkelahi, saya lah tetap pemenangnya. hihihihi... Secara mantan preman gitu loh..Kabar terakhir katanya dia sudah gagah dan keren seperti Bondan Prakoso, memang mukanya mirip-mirip gitu deh.
Ada Ilham, dia anak lelaki yang tubuhnya paling bongsor meski kurus, rambutnya lurus model batok kelapa (jadi ingat Adi Bing Slamet). Anaknya pendiam, suka celingak celinguk memperhatikan sesuatu. IQ nya diatas rata-rata, selalu juara satu di sekolahnya. Hobinya belajar dan jarang main keluar bersama anak-anak lainnya, ini juga karena larangan bapaknya. Sekalinya dia keluar dan main, eh malah ngamuk karena kalah. Yang paling menakutkan kalau main kasti dan kelereng, saya selalu dikejar-kejar karena membuatnya kesal tak bisa menang. HAHAHA...dia mesti belajar sportivitas kali yaa. Eh, ternyata bapaknya datang menemui saya dan menjelaskan kalau anaknya itu punya penyakit darah tinggi.
Ada Eka, temanku ini sangat girly, tak bisa diajak main lari-lari atau balap sepeda. Hobinya dandan memakai baju-baju yang modis, yang paling saya ingat dari dia adalah topi pantainya. Memang terlihat makin cantik, Eka memang cocok jadi model. Badannya yang kurus semampai bak Kate Moss (hallahhh!). Suaranya bagus, cewek girly tapi suaranya cukup berat (*jangan dibayangkan). Simbiosis mutualisme berlaku, dia mengajari saya bagaimana belajar menjadi perempuan, kalau saya mengajari dia bagaimana bermain kelereng supaya menang. hihihihi...
Ada Erowati, anak perempuan berdarah Timor ini meski penampilannya khas sangat perempuan, tapi kalau main yang berbau-bau petualangan bisa seru juga. Tapi tetap saja buntut-buntutnya menangis kalau sudah ketakutan. Badannya kecil, berambut panjang sepaha. Katanya sih rambutnya tak boleh dipotong atas permintaan keluarganya. Lagipula pas memang dengan wajahnya yang manis plus hidung mancungnya. Hanya saja kalau dia bicara banyak teman-teman yang kurang mengerti, mungkin karena terbiasa memakai bahasa daerahnya kalau di rumah. Dia paling suka main petak umpet dan tepuk gambar. Pernah suatu kali saya dan teman-teman sekomplek main katapel di daerah dekat masjid sekitar rumah, di pohon-pohonnya yang tinggi besar biasa dihinggapi burung-burung pipit. Ada juga pohon Ceri (sebenarnya tak tahu jelas itu pohon apa), untuk mengambil buahnya agak riskan karena tidak bisa dipanjat seperti halnya pohon mangga. Akhirnya kami menggunakan katapel untuk mendapatkannya, setelah sebelumnya meletakkan koran tepat dibawah pohon. Satu hari kami iseng mengincar burung pipit yang hinggap, kena! Sayangnya burung itu mati, sewaktu kami ingin mengambilnya di tempat dia jatuh nafasnya sudah terengal-engal. Saat itu juga Ero menjerit nangis, ya ampuuunnn....Oh iya, kalau lomba kartini di musim tujuhbelasan dia selalu jadi juara, dengan pakaian daerah Jawa.
Ada Carla, bertubuh kecil kulit putih, rambut coklat sebahu. Dia memang ada darah keturunan asing, dulu kami hanya tahu orang tuanya keturunan bule (tak pusing bertanya bule negara apa). Anaknya centil, lincah dan ceriwis. Kalau ceriwisnya klop lah sama saya, kami sering diundang ke rumahnya. Hal ini dikarenakan rumahnya yang cukup besar itu hanya dia tempati berempat dengan kakak dan pembantu. Ibunya wanita pekerja, bapaknya sudah kawin lagi dengan perempuan lain. Dia selalu bercerita sambil menangis karena sering kesepian, makanya kami sering berkunjung ke rumahnya. Kabar terakhir, adik saya bertemu dia. Kata adikku yang jadi juniornya dulu sewaktu SMA dia jadi pemadat, dia sudah tiga kali pindah sekolah karena dikeluarkan. Sedihku.., tak pernah lagi dipertemukan dengan dia.
Ada Gery, anak ibu RT di komplekku yang berwajah tampan, masih ingat dengan sosok pahlawan bertopeng di film Sailormoon? Dia memang mirip-mirip seperti itu. Darah Batak dan Manado mengalir kental di tubuhnya, hobinya meledek teman-teman perempuan hingga menangis, suka memancing orang untuk berkelahi, pokoknya karakternya tak sesuai dengan tampangnya. Dia lawanku yang paling tangguh, kalau bermain kelereng, kasti, balap lari dan balap sepeda BMX posisi kami berselang seling untuk jadi pemenang.hahaha...Oh iya, pernah suatu kali dia memancing saya untuk berkelahi dengannya, semua yang dia katakan bikin hati panas dan geregetan. Bodohnya saya terpancing, lalu kami saling meledek. Suasana hati semakin memanas, herannya dia tidak berani keluar dari pagar rumahnya yang berada tepat di depan rumahku. Ketika saya keluar dari pagar rumah untuk menyambanginya di balik pagar rumahnya, eh dia malah melepas anjing herdernya. Sialan! Saya terbirit-birit masuk ke dalam rumah. Setelah itu keributan berlanjut, tiba-tiba dia menyiram depan rumahku dengan air kolam ikannya. Karena saya kesal saya siram juga rumahnya dengan air got berkali-kali (HAHAHA...), baunya setengah mati. Air selokan berwarna hitam itu memenuhi depan rumahnya, bahkan terciprat hingga ke jendela dan mobil Toyota Corolla hitam yang diparkir di garasinya juga kena. Heboh, sampai akhirnya ibu RT dan kakaknya yang bernama Terry keluar. Insiden berhenti karena teriakan-teriakan mereka. Malamnya ibuku didatangi ibu RT bercerita tentang insiden itu. Ibunya Gerry yang berwajah agak sangar dan berambut keriting berhasil membuat saya ngumpet ketakutan di dalam gudang. HAHAHA...konyol! Semester tiga kuliah, saya mendengar kabar bahwa Gerry meninggal karena overdosis. Tuhan...,semoga Engaku melapangkan jalannya menujuMu.
Lain halnya liburan masa kecilku yang di Palembang
Selalu diisi dengan memancing, berenang di anak sungai Musi di kampung kakek bernama Sirah Pulau Padang, jalan-jalan naik sepeda ke kampung-kampung lain, makan duren dan rambutan di kebun, yang hanya saya ingat saya dulu punya teman bernama Iro dan Kelli. Nama-nama temanku semasa di Palembang memang susah untuk diingat.
Yang paling mengesankan adalah hobi memancing dan berenang, suatu hari saya pernah dapat ikan Patin dan ikan Sepat yang besarnya setangan orang dewasa. Pulanglah saya dengan hati riang ke rumah nenek dan bercerita kejadian-kejadian seru hari itu. Saya juga minta diajari menyiang ikan dan memasaknya, rasanya nikmat makan hasil pancingan sendiri. Anehnya saya sudah tidak doyan makan ikan lagi hingga sekarang.
Kalau pengalaman berenang, saya pernah menginjak kura-kura besar sewaktu sedang asik berenang di sungai belakang rumah kakek. Saya masih ingat istilahnya dalam bahasa Palembang, namanya "Labi", aneh kan..Untung kura-kura jalannya lambat, karena terlalu takut tiba-tiba saya jadi berenang dengan cepat, tak perlu lagi makan udang mentah seperti yang dianjurkan teman-teman.
Meski jaman sudah semakin maju dengan teknologinya, tapi sudah beberapa kali saya coba cari di dunia maya belum ketemu. Saya juga tak ingat lagi nama lengkap mereka. Sekarang permainan anak-anak sudah tergantikan dengan komputer, mall, game online, play station, dan segala sesuatunya yang membatasi individu untuk human touch. Bisa jadi ini yang menyebabkan individualitas menjadi urutan teratas di kota-kota besar, kepedulian semakin basi. Ah jadi ingat kasus pemulung Supriono dan kasus Besse yang bisa jadi bermuara dari semakin kurangnya kepedulian masyarakat kita, terlebih pemerintahan kita yang setiap hari sibuk ngurus korupsi.
waduhhhh masa kecil yang seru ... tidak menyangka sekarang begitu islami dulunya bekas premanG
ReplyDeleteyang sekarang femini dan islami, ternyata kecilnya seorang premanGwati yaaa
ReplyDeletejadi bingung..
ReplyDeleteSoeltra sebenarnya orang Indonesia sebalah mana sih..?, terlalu banyak keterkaitan dengan berbagai daerah..
ck.ck..ck..
eh, bagemanami reportase..?
sudah dikirim ?
coba iseng2 masukin nama temanta' di google. If u luck, perhaps u could find one of them.. ^_^
ReplyDeleteSeru sekali masa kecilmu itu Sist,...
ReplyDeleteMasa kecilku dulu dihabiskan bersama nenek dengan tinggal bersamanya di kampung.
Ehmmm dimanapun masa kecil itu berada yang jelas selalu istemewa..
ReplyDeleteternyata...
ReplyDeletebanna' mentong...
hehehe
piss...
4 kang indra, vy & iko: he'eh seru bgt,tp nda senakal ituja skrg :D
ReplyDelete4 ipul: sultra aja bingung mo jwb apa, hehe..blumpi dikrm kodong (*nda PD)
4 deen: tengkiu say 4 d tips :)
4 nawir: insafma...sdh bljr utk jd perempuan.hehe...