22 March, 2008

Undangan diskusi buku sastra dari Makassar @ TIM

Dalam bingkai sebuah inisiatif independen Sastra dari Makassar, dua buku yang baru terbit; kumpulan puisi M. Aan Mansyur, Aku Hendak Pindah Rumah, dan kumpulan cerpen Lily Yulianti Farid, Makkunrai, akan didiskusikan.

Tempat : Galeri Cipta 2, Taman Ismail Marzuki
Waktu : Senin, 24 Maret 2008, pukul 19.00 - 22.00

Pembicara :
- Nurhady Sirimorok (Pengamat sastra dan budaya, Komunitas Ininnawa Makassar)
- Zen Hae (Penyair dan cerpenis, Ketua Komite Sastra DKJ)
-
Mariana Aminuddin (penulis, Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan, Jakarta)

Kami mengundang seluruh teman-teman untuk hadir di acara tersebut.

Hormat kami,

M. Aan Mansyur
Lily Yulianti Farid


catatan:

Selain di Makassar dan Jakarta, kedua buku ini juga akan didiskusikan di beberapa kota lainnya di Indonesia, di antaranya; Serang, Bandung, Solo, Yogyakarta, Mojokerto, Malang, Semarang, Surabaya, Gresik, dan Bojonegoro.

Info tentang Sastra dari Makassar bisa dibaca di www.sastradarimakassar.org

TENTANG DUA BUKU

Aku Hendak Pindah Rumah
Kumpulan Puisi M. Aan Mansyur
Nala Cipta Litera, Februari 2008
Pengantar: Hasan Aspahani

Komentar pembaca:
Cinta betul-betul menjadi hal terutama dalam hidup. Siapa beroleh cinta, dia beroleh kemenangan. Lewat buku puisi ini, M. Aan Mansyur menjelmakan dirinya menjadi pecinta yang sempurna. "Lubang tanam bagi mayatmu," begitu katanya. Maka sepenggal kisah hidupnya yang tersaji dalam buku puisi ini begitu nikmat untuk diselami.

Dedy Tri Riyadi, pengelola blog puisi: www.toko-sepatu. blogspot. com


Membaca sajak-sajak M. Aan Mansyur seperti menyimak wajah perempuan yang raut wajahnya suka berubah-ubah. Kadang suram, kadang gelisah. Satu waktu terlihat marah, di waktu lain malah tersenyum ramah. Tapi ada satu hal yang tampak sama: sajak-sajak Aan terasa sederhana, seperti wajah perempuan cantik yang tetap terlihat cantik walau tanpa dandanan meriah. Sedikit tambahan, sajak-sajaknya membuatku banyak mengenang ibu, rumah, kota tempat ibu dan rumah, kematian serta kenangan itu sendiri.

al-Muzzammil, pengelola blog puisi: www.kuasajak. blogspot. com


Saya mungkin terlalu banyak membaca puisi. Karena itulah, saya sering menemukan puisi yang ditulis oleh penyair yang lupa bahwa puisi itu adalah seni. Ya, seni puisi. Memang ada penyair yang sombong yang pernah bilang bahwa puisi itu melampaui seni dan melampaui bahasa, tapi saya tak maulah percaya sama penyair sombong itu. Saya merasa aman dan nyaman pada keyakinan saya – sampai kelak saya murtad dan mendirikan aliran sesat sendiri – bahwa puisi adalah seni, dan seni itu menawarkan keindahan. Ya, karena itulah saya amat menyukai sajak-sajak M Aan Mansyur dalam buku ini.

Hasan Aspahani, pengelola blog puisi: www.sejuta-puisi. blogspot. com


Ketika berujar, ucapan manusia telah melalui proses yang tidak ringkas. Sebagian berawal dari pantulan cahaya pada benda yang ditangkap mata. Sebagian lainnya adalah cernaan dari pesan-pesan imajinatif dari sebuah tempat yang intagible. Namun kesemuanya tetap melalui sebuah tahapan yang sama, yaitu proses metabolisme pesan-pesan dalam sebuah mesin raksasa, otak.
Puisi-puisi Aan adalah karya dari sebuah kerja serius yang memadukan kedua hal itu, kesan visual dan kesan perasaan. Mudah saja menemukan impresi ini. Cobalah kita pegat kata per kata dalam tubuh salah satu puisinya. Timanglah dan hantarkan kemampuan imajinasi anda ke suatu tempat yang nir-suara. Ketika melakukan hal itu saya sakan menemukan Aan yang sedang mengumpulkan banyak kosa kata dan memilih yang merupakan kaldu dari daftar itu. Ini kerja serius yang tidak akan dapat dilakukan dengan tergesa-gesa. Hasilnya adalah sebuah bangun puisi yang setiap unsur pembentuknya merupakan materi yang mandiri. Hal ini semakin memberikan rasa ingin untuk menyelam ke dalam sungai puisi-puisinya. Mencari sumber pusaran yang membuat permukaan air yang terlihat tenang namun arus di bawahnya ternyata bergerak deras.
Kelebihan Aan yang sedemikian rupa sedikit sulit untuk dilalui oleh mereka yang ingin/akan menulis sebuah puisi. Terlebih lagi di buku ini Aan seperti memiliki gudang dari ribuan imaji dan kearifan ciri tradisi. Saya menyimpulkannya demikian sebab puisi-puisi yang panjang haruslah ditulis dalam komposisi yang cerdik. Pemilihan kata, bentuk pengucapan dan kemampuan menjaga harmoni rasa sang pembaca agar tetap stabil. Namun laku seperti ini dapat membawa seorang penyair seakan meniti sebuah jalan setapak di sisi tebing yang rawan longsor dan jurang yang dalam di sisi sebelahnya. Bahaya yang mengendap-endap seolah bayangan maut bagi si penyair maupun pembacanya.
Dengan berposisi pandangan sebenang lebih tinggi dari pembaca lainnya saya berkesimpulan sebagai berikut : Aan memiliki pencernaan dan kemampuan memakan imajinasinya pada titik yang tidak semua orang (penyair) dapat lakukan. Ketajaman lidahnya mencecap banyak rasa seakan sebanding dengan kejelian dirinya untuk mengatur ke arah mana esensi asupannya hendak dia salurkan. Sehingga sulit dicari ampas kesiasiaan dari unsur-unsur terkecil sekalipun dalam puisinya.

Pakcik Ahmad, pengelola blog puisi: http://pakcik- ahmad.net


Makkunrai
Kumpulan Cerpen Lily Yulianti Farid
Nala Cipta Litera, Maret 2008
Epilog: Nirwan Ahmad Arsuka

-- Sebelas cerita yang ditulis khusus dengan mengangkat berbagai respon perempuan segala usia atas peristiwa sosial politik, konflik, korupsi, poligami hingga flu burung, mengambil latar lokal, nasional dan internasional. Makkunrai, yang berarti perempuan dalam bahasa Bugis, dipilih sebagai judul yang mengikat kesebelas cerita yang menampilkan tarik ulur, ambiguitas, ironi, perlawanan dan bahkan humor yang dilihat dari sudut pandang perempuan. Makkunrai adalah sebuah buku yang feminis, di mana sejumlah cerita di dalamnya terkesan mengolok-olok kekuasaan lakilaki, sekaligus mendedah kompleksitas dunia dalam kaum perempuan --
Buku ini sekaligus diterbitkan dalam bingkai inisiatif independen bernama Sastra dari Makassar , yang digagas oleh media citizen journalism Panyingkul! – Rumah Baca Bibliocholic – Penerbit Nala Cipta Litera – Forum Tenda Kata

Komentar Pembaca:
Lily Yulianti Farid terang seorang penulis yang punya semangat bercerita yang menonjol, dengan lumbung pengetahuan yang lebih dari memadai. Watak yang langsung terasa dari cerpen-cerpen di buku ini adalah bahasanya yang renyah, suasana dasarnya yang cenderung liris, humor yang kerap menari cerdas, serta kepedulian yang terus mendebur dan tak pernah surut pada dunia sekitar, khususnya dunia sosial politik yang menelikung kaum yang tak diuntungkan.

Cerpen-cerpen Lily tak jarang dihiasi oleh kejutan dan belokan tajam dalam alur, latar yang bergeser lincah, perandengan citraan yang kontras, dan keberanian yang lebih untuk mengupas stereotip dan prasangka kolektif sembari membeberkan secara lebih terbuka dan prismatis hal-hal yang biasanya disimpan rapat. Sekat-sekat kognitif antara yang lokal, nasional, dan internasional, misalnya, atau yang silam dan yang sekarang, dengan enteng diluluhkan dan dilintasi bolak-balik, sehingga pembaca bisa tercenung merasakan Indonesia yang lain; Indonesia yang sangat "daerah" sekaligus kosmopolit; Indonesia kontemporer yang sukmanya mungkin tetap berdegup tapi dengan aparatur yang kian susut jadi bayang-bayang ganjil yang salah waktu.
Sebelas cerita yang tersaji dalam kumpulan ini menghadirkan suara perempuan yang agak lain, menyempal dari arus "besar" yang banyak menggelar soal perempuan dan tubuhnya. Penyempalan Lily menyumbang sejumlah hal. Suara perempuan yang sangat berakar pada masa silamnya di sudut timur Nusantara, diramu dengan suara perempuan yang datang dari masa depan yang sangat dekat dan telah menjadi masa kini. Sekian cerita dia ikut mengembalikan humor ke khazanah sastra Indonesia kontemporer yang kadang terasa agak terlalu sibuk bersendu-sendu. Selain beberapa unsur formal komposisi yang masih perlu dikembangkan lagi, kumpulan cerpen ini berhasil menghadirkan bukan hanya kilasan Indonesia awal abad 21 yang lebih intim ke pengalaman sekaligus lebih lapang dari batas-batas tradisional yang umum disungkupkan.

(Nirwan Ahmad Arsuka, kritikus sastra dan eseis)


Cerpen-cerpen dalam Makkunrai, berada dalam posisi tarik-ulur yang mengasyikkan: metropolis sekaligus arkhais; feminis, juga patetis. Lihatlah, histografi kota-kota dunia yang referensial bersanding (sekaligus bertanding) dengan daya-tarik kota-kota lokal—dengan segala tradisinya yang menjengkelkan. Tak jarang para tokoh yang terlempar ke luar ingin direturn ke tempat asal, dan itu mesti berhadapan dengan soal lain yang tak kalah kompleks seperti kebebasan. Sebaliknya, tokoh-tokoh yang "di dalam" berjuang untuk bisa lepas ke luar, meski dengan resiko klenger dihajar kenangan.
Dalam proses itu, tokoh-tokoh perempuannya jamak berkisar dan bertolak dari (kuasa) para tokoh lakilaki, sebagai antitesis yang kadang hitam-putih. Tapi tampaknya inilah perspektif yang secara sadar dipilih pengarang dalam mendedah dunia makkunrai (perempuan). Sebuah dunia yang memang penuh tarik-ulur, ambiguisitas sekaligus kemungkinan, dan secara kebetulan menghidupkan sebaris syair lawas, "bertukar-tangkap dengan lepas," atau sebaliknya.

(Raudal Tanjung Banua, Koordinator Komunitas Rumahlebah Yogyakarta dan Redaksi Jurnal Cerpen Indonesia )



Lily bertutur tentang dunia perempuan yang ingin lepas dari tradisi dan dominasi atas nama apa pun, dengan bahasa yang lincah dan alur penuh kejutan!

(Linda Christanty, penulis kumpulan cerpen "Kuda Terbang Maria Pinto", pemenang Khatulistiwa Literary Award 2004)



Ketika saya memutuskan untuk membaca salah satu cerpen Lily berjudul "Api", kemudian berlanjut membaca cerpen-cerpen yang lain, tiba-tiba saya jadi ragu, apa benar ia masih perlu komentar dari saya? cerpen-cerpen ini bagus sekali, bahkan sejujurnya saya merasa sirik berharap bisa menulis yang serupa itu.

(Eka Kurniawan, penulis novel "Cantik Itu Luka")



Sastra dari Makassar
(sebuah inisiatif independen)
Kerjasama Panyingkul!- Biblioholic- Nala Cipta Litera-Forum Tenda Kata
Media citizen journalism Panyingkul! (www.panyingkul. com), kafe baca Biblioholic, penerbit Nala Cipta Litera dan Forum Tenda Kata meluncurkan inisiatif Sastra dari Makassar, upaya yang dikerjakan secara independen dengan mengandalkan partisipasi lembaga dan individu yang memiliki kepedulian menggairahkan kegiatan sastra kontemporer di Makassar, khususnya di kalangan kaum muda.

Sastra dari Makassar merancang program berkelanjutan melalui kelas apresiasi sastra, workshop penulisan, penerbitan karya sastra, dan pemberian beasiswa penulisan karya sastra bagi penulis muda.

Sebagai langkah awal, Sastra dari Makassar akan menggelar diskusi dan peluncuran dua buku penulis Makassar, yakni Kumpulan Puisi "Aku Hendak Pindah Rumah" karya M. Aan Mansyur dan Kumpulan Cerita Pendek "Makkunrai" karya Lily Yulianti Farid, yang diterbitkan oleh Nala Cipta Litera Makassar. Pembacaan puisi dan cerita pendek yang dirangkai dengan diskusi dan workshop akan digelar di sejumlah stasiun radio, kantong-kantong komunitas sastra, rumah baca, kampus dan sekolah menengah atas di berbagai kota di Indonesia selama pada bulan Maret dan April 2008.

Karena kami percaya bahwa inisiatif ini hanya bisa memiliki napas panjang bila melibatkan sebanyak mungkin pihak maka dengan segala kerendahan hati kami mengajak Anda semua ikut terlibat, ikut ambil bagian dalam Sastra dari Makassar. Membaca, mengapresiasi dan menulis karya sastra selayaknya berdenyut dengan gegap gempita juga di Makassar.

Salam Sastra,

Lily Yulianti Farid
M. Aan Mansyur
Muhary Wahyu Nurba
Luna Vidya
(penanggung jawab Sastra dari Makassar)

18 March, 2008

Emotion Test. dont cheat!

1. Which color is better red, black,
green, blue, yellow
blue
2. What's your first initial?
s

3. What month is your birthday?
june

4. Which color do you like more, black
or white?
white

5. Name one of your friends.
ocha

6. Your favorite number?
7

7. Do you like flying or driving more?
flying

8. Do you like a lake or the ocean
more?
ocean

9. Think of a wish, but don't write it
ok

-Answers-

1. If you chose:
Red: You are alert and your life is
full of love.
Black: You are conservative and
aggressive.
Green: Your soul is relaxed and you
are laid back.
Blue: You are spontaneous and love
kisses and affection from the ones you
love and give good advice to those who
are down.
Yellow - you are a very happy person..

2. If you're initial is:
A-K: You have a lot of love and
friendships in your life.
L-R: You try to enjoy your life to the
maximum & your love life is soon to
blossom.*
S-Z: You like to help others and your
future love life looks very good.

3. If you were born in:
Jan-Mar: The year will go very well
for you and you will discover that you
fall in love with someone totally
unexpected.
April-June: You will have a strong
love relationship that will last
forever.
July-Sept: You will have a great year
and will experience a major life-
changing experience for the good.*
Oct-Dec: Your love life will be great,
and eventually you will find your soul
mate.

4. If you chose:
Black: Your life will take you on a
different direction, it will seem hard
at times but will be the best thing
for you, and you will be glad for the
change.
White: You will have a friend who
completely confides in you and would
do anything for you, but you may not
realize it.

5. This person is your best friend.

6. If it is:
1-50 you are a very lovable person and
you have a great life
more then 50 is nothing

7. If you chose:
Flying - You like adventure.
Driving - You are a laid back person.

8. If you chose:
Lake - You are loyal to your friends,
your lover, and yourself. You are very
reserved and not emotional.
Ocean - You are spontaneous and like
to please people sometimes.

9. This wish will come true only if
you repost this with the title:
Emotion Test. dont cheat!

hallahh!!!

09 March, 2008

masa kecil

So we talked all night about the rest of our lives
where we’re gonna be when we turn 25
I keep on thinking times will never change
keep on thinking things will always be the same
but when we leave this year we won’t be coming back
no more hanging out cause we’re on a different track
and if you got something that you need to say
you better say it right now
cause you don’t have another day
cause we’re moving on and we can’t slow down
these memories are playing like a without sound
I keep thinking of that night in June
didn’t know much of love nut it came too soon
and there was me and you and when we got real blue
we’d stay at home talking on the telephone
we’d get so excited and we’d get so scared
laughing at ourselves thinking life’s not fair

*and this is how it feels…
as we go on, we remember
all the times we, had together
and as our lives change
come whatever
we will still be friends forever

so if we get the big jobs and we make the big money
when we look back at now will our jokes still be funny?
will we still remember everything we learned in school
still be trying to break every single rule?
will little brainy Bobby be the stockbroker man?
will heather find a job that won’t interfere with her tan?
I keep- I keep thinking that it’s not goodbye
keep on thinking it’s our time to fly

*and this is how it feels…
as we go on, we remember
all the times we, had together
and as our lives change
come whatever
we will still be friends forever

will we think about tomorrow like we think about now?
can we survive it out there
can we make it somehow?
I guess I thought this would never end
and suddenly it’s like we’re women and men
will the past be a shadow that will follow us around
will these memories fade when I leave this town?
I keep- keep thinking that it’s not goodbye
keep on thinking it’s our time to fly

*and this is how it feels…
as we go on, we remember
all the times we, had together
and as our lives change
come whatever
we will still be friends forever


Sejenak mengingat banyak kenangan dengan teman-teman lama. ingin sekali bertemu mereka, teman-teman semasa SD dan tetangga masa kecil sewaktu tinggal di kawasan perumahan komplek Alur Laut. Nama jalan yang sama dengan nama bunga yang menurutku enak didengar, Flamboyan. Main petak umpet, galasin, benteng, kasti, panjat pohon, kelereng, tepuk gambar, balap lari, balap sepeda, katapel, Nintendo, badminton, demprak, jelangkung, main kartu salah satunya yang saya paling ingat istilah Qyu Qyu. Meski masa kecil saya lebih banyak dihabiskan di Jakarta, nikmat dan indah sekali rasanya..

Ada Marina Limong, panggilannya Nina, sahabatku yang juga anak seorang pendeta. Anaknya baik dengan ciri khas wajah oriental, kulit putih dan bertubuh tambun, untuk ukuran anak seusianya badannya kelewat besar. Kecepatan larinya satu level dibawahku, tak pernah bosan nonton doraemon dan free willy. Hobi main boneka Barbie (dengan segala aksesorisnya yang lengkap) dan Othello, pokoknya permainan-permainan modern kala itu dia miliki. Dia juga punya koleksi ensiklopedi dunia yang lengkap, termasuk yang kala itu iklannya ngetrend seperti ini: "mengapa begini?", "mengapa begitu?", "mengapa...bla, bla, bla,...". Nina, kamu kemana yaa..? Dicari di FS gak ada. Kangen...

Ada Fathir, anak lelaki yang suka iseng dan usil, bertubuh kurus tinggi dan yang paling khas rambutnya yang agak jabrik. Saya dan teman-teman sekomplek sering diundang kakak-kakaknya ke rumah, sekedar main sambil disediakan makanan dan rujak. Katanya sih hal itu dilakukan karena Fathir kalau sendirian suka keluyuran tak jelas dan main jauh dari rumah. Saya selalu ingat pohon mangga di rumahnya yang selalu jadi incaran (hehe...). Usut punya usut ternyata dia asli Bugis, sekarang sudah tak tinggal lagi disana. Lagi-lagi saya kehilangan jejak.

Ada Doni, anak bungsu yang kolokan, dikit-dikit "mama", jago kandang doang. Badannya memang lebih besar dari saya, kulitnya juga hitam dan matanya sering melotot. Biasanya matanya makin membesar kalau ingin menakut-nakuti anak perempuan di komplekku, cuma saya sendiri yang berani melawan dia. Dia punya koleksi Tamiya yang lengkap, dia juga mengoleksi kartu-kartu Dragon Ball, kaset-kaset Nintendo, segala sesuatu yang berhubungan dengan Street Fighter. Hobinya memamerkkan semua yang dia miliki, tapi kalo masalah berkelahi, saya lah tetap pemenangnya. hihihihi... Secara mantan preman gitu loh..Kabar terakhir katanya dia sudah gagah dan keren seperti Bondan Prakoso, memang mukanya mirip-mirip gitu deh.

Ada Ilham, dia anak lelaki yang tubuhnya paling bongsor meski kurus, rambutnya lurus model batok kelapa (jadi ingat Adi Bing Slamet). Anaknya pendiam, suka celingak celinguk memperhatikan sesuatu. IQ nya diatas rata-rata, selalu juara satu di sekolahnya. Hobinya belajar dan jarang main keluar bersama anak-anak lainnya, ini juga karena larangan bapaknya. Sekalinya dia keluar dan main, eh malah ngamuk karena kalah. Yang paling menakutkan kalau main kasti dan kelereng, saya selalu dikejar-kejar karena membuatnya kesal tak bisa menang. HAHAHA...dia mesti belajar sportivitas kali yaa. Eh, ternyata bapaknya datang menemui saya dan menjelaskan kalau anaknya itu punya penyakit darah tinggi.

Ada Eka, temanku ini sangat girly, tak bisa diajak main lari-lari atau balap sepeda. Hobinya dandan memakai baju-baju yang modis, yang paling saya ingat dari dia adalah topi pantainya. Memang terlihat makin cantik, Eka memang cocok jadi model. Badannya yang kurus semampai bak Kate Moss (hallahhh!). Suaranya bagus, cewek girly tapi suaranya cukup berat (*jangan dibayangkan). Simbiosis mutualisme berlaku, dia mengajari saya bagaimana belajar menjadi perempuan, kalau saya mengajari dia bagaimana bermain kelereng supaya menang. hihihihi...

Ada Erowati, anak perempuan berdarah Timor ini meski penampilannya khas sangat perempuan, tapi kalau main yang berbau-bau petualangan bisa seru juga. Tapi tetap saja buntut-buntutnya menangis kalau sudah ketakutan. Badannya kecil, berambut panjang sepaha. Katanya sih rambutnya tak boleh dipotong atas permintaan keluarganya. Lagipula pas memang dengan wajahnya yang manis plus hidung mancungnya. Hanya saja kalau dia bicara banyak teman-teman yang kurang mengerti, mungkin karena terbiasa memakai bahasa daerahnya kalau di rumah. Dia paling suka main petak umpet dan tepuk gambar. Pernah suatu kali saya dan teman-teman sekomplek main katapel di daerah dekat masjid sekitar rumah, di pohon-pohonnya yang tinggi besar biasa dihinggapi burung-burung pipit. Ada juga pohon Ceri (sebenarnya tak tahu jelas itu pohon apa), untuk mengambil buahnya agak riskan karena tidak bisa dipanjat seperti halnya pohon mangga. Akhirnya kami menggunakan katapel untuk mendapatkannya, setelah sebelumnya meletakkan koran tepat dibawah pohon. Satu hari kami iseng mengincar burung pipit yang hinggap, kena! Sayangnya burung itu mati, sewaktu kami ingin mengambilnya di tempat dia jatuh nafasnya sudah terengal-engal. Saat itu juga Ero menjerit nangis, ya ampuuunnn....Oh iya, kalau lomba kartini di musim tujuhbelasan dia selalu jadi juara, dengan pakaian daerah Jawa.

Ada Carla, bertubuh kecil kulit putih, rambut coklat sebahu. Dia memang ada darah keturunan asing, dulu kami hanya tahu orang tuanya keturunan bule (tak pusing bertanya bule negara apa). Anaknya centil, lincah dan ceriwis. Kalau ceriwisnya klop lah sama saya, kami sering diundang ke rumahnya. Hal ini dikarenakan rumahnya yang cukup besar itu hanya dia tempati berempat dengan kakak dan pembantu. Ibunya wanita pekerja, bapaknya sudah kawin lagi dengan perempuan lain. Dia selalu bercerita sambil menangis karena sering kesepian, makanya kami sering berkunjung ke rumahnya. Kabar terakhir, adik saya bertemu dia. Kata adikku yang jadi juniornya dulu sewaktu SMA dia jadi pemadat, dia sudah tiga kali pindah sekolah karena dikeluarkan. Sedihku.., tak pernah lagi dipertemukan dengan dia.

Ada Gery, anak ibu RT di komplekku yang berwajah tampan, masih ingat dengan sosok pahlawan bertopeng di film Sailormoon? Dia memang mirip-mirip seperti itu. Darah Batak dan Manado mengalir kental di tubuhnya, hobinya meledek teman-teman perempuan hingga menangis, suka memancing orang untuk berkelahi, pokoknya karakternya tak sesuai dengan tampangnya. Dia lawanku yang paling tangguh, kalau bermain kelereng, kasti, balap lari dan balap sepeda BMX posisi kami berselang seling untuk jadi pemenang.hahaha...Oh iya, pernah suatu kali dia memancing saya untuk berkelahi dengannya, semua yang dia katakan bikin hati panas dan geregetan. Bodohnya saya terpancing, lalu kami saling meledek. Suasana hati semakin memanas, herannya dia tidak berani keluar dari pagar rumahnya yang berada tepat di depan rumahku. Ketika saya keluar dari pagar rumah untuk menyambanginya di balik pagar rumahnya, eh dia malah melepas anjing herdernya. Sialan! Saya terbirit-birit masuk ke dalam rumah. Setelah itu keributan berlanjut, tiba-tiba dia menyiram depan rumahku dengan air kolam ikannya. Karena saya kesal saya siram juga rumahnya dengan air got berkali-kali (HAHAHA...), baunya setengah mati. Air selokan berwarna hitam itu memenuhi depan rumahnya, bahkan terciprat hingga ke jendela dan mobil Toyota Corolla hitam yang diparkir di garasinya juga kena. Heboh, sampai akhirnya ibu RT dan kakaknya yang bernama Terry keluar. Insiden berhenti karena teriakan-teriakan mereka. Malamnya ibuku didatangi ibu RT bercerita tentang insiden itu. Ibunya Gerry yang berwajah agak sangar dan berambut keriting berhasil membuat saya ngumpet ketakutan di dalam gudang. HAHAHA...konyol! Semester tiga kuliah, saya mendengar kabar bahwa Gerry meninggal karena overdosis. Tuhan...,semoga Engaku melapangkan jalannya menujuMu.

Lain halnya liburan masa kecilku yang di Palembang
Selalu diisi dengan memancing, berenang di anak sungai Musi di kampung kakek bernama Sirah Pulau Padang, jalan-jalan naik sepeda ke kampung-kampung lain, makan duren dan rambutan di kebun, yang hanya saya ingat saya dulu punya teman bernama Iro dan Kelli. Nama-nama temanku semasa di Palembang memang susah untuk diingat.

Yang paling mengesankan adalah hobi memancing dan berenang, suatu hari saya pernah dapat ikan Patin dan ikan Sepat yang besarnya setangan orang dewasa. Pulanglah saya dengan hati riang ke rumah nenek dan bercerita kejadian-kejadian seru hari itu. Saya juga minta diajari menyiang ikan dan memasaknya, rasanya nikmat makan hasil pancingan sendiri. Anehnya saya sudah tidak doyan makan ikan lagi hingga sekarang.

Kalau pengalaman berenang, saya pernah menginjak kura-kura besar sewaktu sedang asik berenang di sungai belakang rumah kakek. Saya masih ingat istilahnya dalam bahasa Palembang, namanya "Labi", aneh kan..Untung kura-kura jalannya lambat, karena terlalu takut tiba-tiba saya jadi berenang dengan cepat, tak perlu lagi makan udang mentah seperti yang dianjurkan teman-teman.

Meski jaman sudah semakin maju dengan teknologinya, tapi sudah beberapa kali saya coba cari di dunia maya belum ketemu. Saya juga tak ingat lagi nama lengkap mereka. Sekarang permainan anak-anak sudah tergantikan dengan komputer, mall, game online, play station, dan segala sesuatunya yang membatasi individu untuk human touch. Bisa jadi ini yang menyebabkan individualitas menjadi urutan teratas di kota-kota besar, kepedulian semakin basi. Ah jadi ingat kasus pemulung Supriono dan kasus Besse yang bisa jadi bermuara dari semakin kurangnya kepedulian masyarakat kita, terlebih pemerintahan kita yang setiap hari sibuk ngurus korupsi.