17 July, 2005

Speechless?, oh…no!

Malam ini tiba di kamar tepat tengah malam. Sudah tiga hari berturut-turut aku harus pulang dengan jarum jam yang nampak pas mengarah angka duabelas. Kok, jadi terkesan Cinderella banget yah? Tiba di kamar, langsung cepat-cepat ke toilet. Nggak tahu kenapa tiba-tiba kebelet, mungkin cuaca dingin mulai memberi efek-efek tersendiri. Di toilet, masih berpikir film yang tadi baru kutonton. “GIE” yang lagi nangkring di studio 2 Mal Panakukkang.

Satu minggu bukan selang waktu yang sebentar untuk kembali menikmati nonton bareng teman-teman, minggu lalu ditraktir makan dan nonton “Batman Begins” oleh seorang teman , duh…nikmatnya makan dan nonton gratis.hehe…Kali ini dengan teman-teman blogfam Makassar. Asik! Seru! Tapi kok waktu nonton semuanya lebih banyak terdiam, mungkin harus terlalu dihayati, atau apa?entahlah?Cuma aku dan k’rara yang kebetulan duduk bersebelahan selalu nyeletuk sedikit atau bahkan saling berkomentar.

Kenapa ya..kadang aku berpikir aku ini mungkin aneh, ketika orang terpaku menonton film tanpa banyak bicara dan seolah-olah ingin terlihat memahami apa yang sedang diikuti, aku seperti seorang pengacau yang tiba-tiba terlalu banyak bicara ataupun bertanya. Diam itu satu hal yang paling sulit untuk kulakukan. Berpikir fokus pun menjadi urutan kedua untuk sulit dilakukan, mungkin akan terlihat jelas dari tulisan-tulisanku. Entah! Apa ya? Waktu menonton film aku cukup fokus, tapi sulit sekali untuk tidak mengeluarkan apa yang mengganjal di hati dan pikiran ketika mengikuti jalan ceritanya. Bahkan untuk memendam komentar decak kekaguman pun sangat sulit, akan keluar beberapa kata dari mulutku “keren-keren”, “ya…”, “wah…”. Itu kata-kata yang biasanya sering muncul. Alhasil, orang-orang di sekitarku mungkin agak risih dan jengkel kali ya…sebenarnya itu Cuma untuk konsumsi sendiri, tapi kayaknya ridiculous kalau bicara seakan-akan tak ada orang lain yang maksudnya kita temani bicara, apa kata orang? Sekali lagi masih berpikir apa kata orang!

Waktu nonton “Ungu violet” bulan lalu, semua hal itu tak berlaku. Yang kuingat itu untuk pertama kalinya aku nonton tanpa banyak bicara dan berkomentar. Bukan karena filmnya yang mengharukan, biasa aja! Cuma bagian waktu eyang-nya saja yang meninggal yang mengingatkan kalau-kalau nanti aku akan mengalami hal yang sama, kehilangan orang terdekat. Bukan juga sepenuhnya karena terlarut sama perasaan karena jalan ceritanya. Tapi, seakan-akan ada sesuatu yang membuatku speechless. Ada sesuatu yang membuatku takut untuk mengeluarkan pendapat, meskipun beberapa kali saja aku berkomentar tentang beberapa take dari film itu. Itu pun langsung dikomentari seseorang di sebelahku yang seakan-akan apa yang ada di film itu bukan seperti yang aku maksud. Entahlah, itu yang kutangkap dari kata-katanya yang selintas masih samar terdengar. Mungkin dia orang yang membuatku speechless, sepertinya…kali ini aku tak mengalami lagi yang namanya de javu. Orang itu memang kelihatannya terlalu alami mengemukakan pendapatnya di sampingku, tanpa tedeng aling-aling. Ah…sudahlah, aku punya harapan, mudah-mudahan aku tak mengalami yang namanya speechless lagi dengan dia yang duduk di sebelahku ketika nonton di bioskop.

Sepertinya aku harus lebih banyak belajar bagaimana caranya untuk diam, untuk tidak sok tahu, untuk mengendalikan apa yang ingin dikatakan, untuk lebih banyak mendengar, dan untuk segalanya yang aku sendiri masih mencari kenapa harus seperti ini. Anybody knows how to?

2 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Hehehehe.. jadi orang yang banyak omong bagus juga loh, setidaknya untuk mengingatkan kalau ada orang lain di sekitar hahaha. Biasanya kalau terlalu hening juga suka lupa kalau ada orang lain :D
    Saya juga suka nyeletuk2 kalo nonton filem. Euh, terbukti kan? :P~
    GiE. Filmnya kereeeen banget!!! Pengin nonton lagi :D

    ReplyDelete

jika mampir dan sempat membaca, silahkan sejenak berkomentar...terima kasih ^_^