24 August, 2005

not for the last time

Beberapa bulan yang lalu saya mulai mengajar lagi anak-anak usia 6-8 tahun di salah satu SD Islam di sebuah komplek perumahan. Ini bukan pertama kalinya saya mengajar anak-anak, tapi apa yang saya ajarkan waktu itu tidak seperti biasanya, bukan lagi bahasa inggris ataupun berhitung. Waktu itu saya mengajar kelas drama, menjadi asisten abang saya yang juga guru menulis saya di University of Writing. Entah kenapa tiba-tiba dia menghubungi saya dan mengajak untuk membantunya mengajar drama, ini persiapan mereka pentas di acara sekolah. Duh…ini pengalaman pertama saya mengajar anak-anak golongan menengah ke atas, saya lebih terbiasa mengajar anak-anak jalanan atau anak-anak kaum proletar. Alhasil apa yang mereka bicarakan agak beda, meskipun gaya bicara dan tingkah lakunya layaknya anak-anak. Mereka banyak bercerita tentang pengalamannya bersama orang tua dan keluarga, tempat-tempat yang biasa mereka kunjungi saat weekend ataupun libur tiba, prestasi yang mereka raih, apa-apa yang mereka miliki, kegiatan yang mereka ikuti, cita-cita dan keinginan-keinginan yang belum tercapai, cerita-cerita mistis (seperti yang di sinetron-sinetron), dan hal-hal lainnya.
Rayuan dan ajakan untuk mengajak mereka serius berlatih pun harus menggunakan cara yang beda, kalau mereka sudah malas-malasan dan tak mau berhenti bermain salah satu senjata ampuh saya langsung menawarkan akan memberikan sesuatu untuk lima orang yang bagus latihannya. Cara ini memang sesekali saya lakukan ketika mengajar dulu, biasanya sebulan satu kali, terlalu tak baik juga jika harus sering menggunakan cara ini dalam mendidik anak-anak. Mereka akan bergantung jika ingin melakukan sesuatu jika terus dilakukan berulang-ulang akan menjadi kebiasaan yang membawa dampak buruk, kesadaran dan kepekaan mereka dalam melakukan sesuatu akan terus melemah. Yang membuat saya bingung, apa yang sebaiknya saya berikan sebagai pemacu mereka, toh! Orang tua mereka bisa memenuhinya. Alhasil saya memberikan stiker “gemar membaca” disain saya yang masih tersisa, meskipun murah dan sangat sederhana, toh mereka tetap suka. Kegiatan itu Cuma berlangsung 2 minggu, memang waktu yang singkat, tapi sangat berkesan. Mengajar anak-anak membutuhkan banyak kesabaran untuk menyelami dunianya supaya kita tahu apa yang mereka inginkan, meskipun tak semuanya dapat kita penuhi.

Rasanya sekarang saya rindu sekali ingin kembali mengajar anak-anak, entah kapan saya akan kembali lagi mengajar. Tawaran untuk mengajar harus saya tunda dulu, mengingat ada beberapa hal yang harus lebih diprioritaskan.

1 comment:

  1. :)...tak banyak yang berubah dari dunia kanak kanak. selalu saja melahirkan senyuman,

    selamat,

    ReplyDelete

jika mampir dan sempat membaca, silahkan sejenak berkomentar...terima kasih ^_^