ini kalimat yang harus saya ulang beberapa kali di kantor tempat saya bekerja.
hingga 2 minggu saya kerja disitu, masih saja banyak yang salah menerka dan salah ucap. sejak hari pertama kerja, saya selalu dikira lulusan dari UI, dan akhirnya saya harus beberapa kali menjawab dengan orang-orang yang berbeda "bukan, saya dari Unhas", lalu ditimpali "oh..unas (Universitas Nasional, Jkt)", kemudian kembali saya jawab "Unhas, Hasanuddin, Makassar".Lalu beberapa dari mereka membalas dengan wajah penuh heran.
loh?saya lebih heran lagi. Akhirnya saya temukan jawabannya setelah hampir 2 minggu bekerja. Itupun dari pembicaraan iseng di toilet dengan seorang staf divisi Pendidikan yang belum sempat diperkenalkan oleh manager saya. Lagi dia bertanya "anak PKL ya?", saya menjawab dengan mimik heran (ups! mungkin karena baju saya yang hitam putih, atau bisa jadi muka saya masih imut dikira mahasiswa,hehe..). Lalu menjawab dengan sok lembut "bukan bu, saya asisten baru mba Wening". Apa reaksi selanjutnya?dengan nada sedikit heran dia bilang "oh! namanya siapa?". "sultra, bu",jawab saya dengan sok lembut lagi. "sutra, kamu dari UI ya..?",tanyanya dengan statement yang sama dari sebelumnya dan pengucapan nama saya yang salah. Dengan keheranan saya pun menjawab lengkap "bukan bu, saya dari Universitas Hasanuddin-Makassar" dan dilanjut dengan pertanyaan dari rasa penasaran "duh! bu, kok beberapa kali saya diikira anak UI ya?". dia menimpali dengan penjelasan "saya juga heran, kok kamu jauh-jauh dari makassar kesini. rata-rata yang kerja disini itu yang kuliah di Jawa. kebanyakan juga anak-anak STAN yang sebelumnya pernah magang disini, jadi jangan heran kalo orang-orang salah tebak". saya pun menjawab "oooh..", setelahnya tersenyum (entah punya arti atau nggak).
Dipikir-pikir mungkin ini nih salah satu dampak sentralisasi pembangunan Indonesia yang terpusat di Jawa, bukannya saya mau primordial.Nggak jarang beberapa orang dari Makassar juga merantau ke pulau Jawa dengan menembak PTN atau PTS bergengsi di pulau itu, loh?kok saya dari pulau Jawa malah nembak Makassar? Tapi ini kenyataan, beberapa kali saya sering mendengar statement kalau lulusan-lulusan dari PTN dan beberapa PTS di Jawa itu yang bagus dan berkualitas, lebih bisa bersaing di tengah himpitan pasar bebas (ngomong apa seh?emangnya kita barang..), juga lebih bisa bikin sesuatu yang riil buat negara (bisa membanggakan gitu deh..). Alasannya banyak, seingat saya dulu di lembaga mahasiswa lingkungan kampus teman-teman yang berdiskusi selalu bilang BEDA, orang-orang di pulau Jawa bisa maju karena kualitas dosen yang bagus, fasilitas dan infrastruktur yang menunjang, akses untuk maju mudah karena infrastruktur itu tadi, lingkungan dan kultur kampus yang menurut mereka jauh lebih lebih mendukung, dan lainnya yang bisa jadi rasionalisasi.
Saya jadi ingat ketika mengikuti Trisakti Accounting Competition 3 tahun lalu, tim kami satu-satunya dari kawasan Indonesia timur yang lolos hingga babak semi final bersaing dengan UI, Undip, dan Tarumanegara.Dan saat itu dekan Trisakti yang menjabat berucap "dibiayai sama Jusuf Kalla ya?kan mau jadi wakil presiden", hallaaahh!mentang-mentang lagi suasana pemilu. Teman saya di lain fakultas memenangkan kompetisi karya ilmiah beberapa kali, adik junior saya memenangkan beberapa kompetisi di bidang jurnalisme dan penelitian, beberapa senior dan dosen juga memperoleh kesempatan lolos beasiswa studi ke luar negeri, teman-teman dan abang-abang saya di beberapa ornop (Biblioholic, Ininnawa, KAMMI, WI, dsb) berhasil membuat perubahan untuk memajukan manusia-manusia Indonesia dengan hal-hal sederhana, dan untuk pertama kalinya akuntan Indonesia tahun ini lolos beasiswa CPA training ke luar negeri (yang lolos itu manager saya,hehe..). pokoknya masih banyak lagi deh, hanya saja kurang terekspos karena bisa jadi alasan BEDA yang disebutkan sebelumnya. Kalau saya sih berpikirnya sederhana saja, mereka adalah orang-orang yang masih punya semangat, kepercayaan diri, dan dedikasi meski dalam situasi yang sulit.
Loh kok judul sama pembahasan jadi beda?maaf, bukannya saya mau menggurui. Saya lelah jika hanya terus berdoa agar bangsa ini maju, bisa dibilang sama aja bo'ong kalau orang-orangnya masih gampang putus asa, minder, dan pragmatis. Pusing juga sih kalau melihat orang-orang yang orientasinya hasil, jadi bawaannya kalau mau melakukan sesuatu berpikir dulu "kira-kira bagus nggak ya?", "kira-kira bisa nggak ya?", dan pertimbangan-pertimbangan lainnya yang secara kontekstual orientasi hasil. Lalu orientasinya apa dong?Simpel, jalani aja, meminjam quote dari mamanya sahabat saya "just do your part" dengan lanjutan penjelasan darinya "kemungkinan kita untuk merubah negeri ini memang sulit dan mungkin sangat kecil, tapi don't u ever think for being apatist people, sekecil apapun yang kita lakukan selama kita tidak menyimpang dari nilai-nilai kebenaran dan kemanusiaan, lakukan saja". Wow!!! kalimatnya dalem banget, dari perkataan seorang ibu yang juga staf ahli Memperindag.
so..,sekali-kali narsis jangan cuma sama muka aja dong...
do your part, just do it!!!
Smangaaaattt!!!
(dibuat lagi pusing dengan deadline kerjaan yang menumpuk, hikzz..)
waah!!!!
ReplyDeletesetelah baca cerita kakak, aq jadi serasa bersemangat dan seakan pikiranku baru terbangun dari tidur yang panjang.
Hebat tuk kakak!!
hanya itu yang bisa kuucapkan...;)
boleh minta saran gak?aq anak smk pariwisata, pengen nembak UNHAS, tapi gak tahu fakultas terbaik untukku apa,kak?
Pasti karena terlalu sering muncul di TV karena rajin demo dan kacau...
ReplyDeleteUnhas jadi krg terkenal kalau soal prestasi