30 June, 2007

cerita dari busway

Hampir dua bulan (kurang dua hari) saya berada di ibukota. Tanggal 26 Juni lalu kali ke empat saya naik busway dan selalu saja mengalami 3 hal yang membuat hati panas dan gerah. Mungkin sudah sampai ke titik kulminasi kesal dengan kejadian-kejadian yang hampir sama tiap kali naik busway jika sedang padat-padatnya, akhirnya kali itu saya reaktif (sangat!).

Begini ceritanya, tanggal 26 Juni lalu selepas ujian tahap dua IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) di PPB UI Salemba saya memutuskan untuk langsung berangkat menuju Sudirman, tepatnya ke Gedung Wisma Dharmala untuk memenuhi janji dengan seorang teman. Berjalanlah saya menuju halte busway Salemba yang bertepatan di depan kampus. Setiba di halte saya langsung melihat ke papan penjelasan tentang rute busway yang berada di sebelah kanan, hitung-hitung supaya tak salah asumsi alias nyasar (based on my experience before,hehe..).
Yup! berdasarkan rute, saya harus mengganti bus hingga 4 kali untuk menuju Gedung tersebut, tepatnya di persinggahan terakhir halte Karet. Untuk lebih meyakinkan, saya pun bertanya kepada petugas loketnya dan ternyata persis seperti perencanaan saya, lalu saya langsung membeli tiket.

Beginilah alurnya, dari halte Salemba pergi menuju halte Matraman untuk mengganti bus yang ke arah Dukuh Atas, dari halte Dukuh Atas mengganti bus lagi yang ke arah Blok M, nah..dengan busway jurusan Blok M itu saya turun di halte Karet, tepat di depan gedung yang saya tuju.

Selama perjalanan menggunakan busway ada 3 hal yang bisa saya simpulkan very-very disturbing me lot (nah loh! sudah very, lot pula) dan juga mungkin beberapa orang yang merasakan hal yang sama seperti saya. Jangan harap deh semua orang bisa disiplin dan dengan sabar menunggu giliran, yang ada sifat ego ketika di tiga kejadian ini dipancing untuk mendominasi, apalagi jika sedang padat-padatnya.

Pertama, pada saat mengambil antrian. Sewaktu mengambil antrian tak jarang saya melihat orang yang baru datang langsung menyerobot posisi antrian, ada juga yang secara perlahan-lahan tapi pasti (licik!!!), melihat wajah orang yang diserobot sudah geram, kalaupun mau ribut masih berpikir malu, akhirnya orang itu memutuskan mendiamkan. Saya cuma melihat sinis, biasanya saya suka nyeletuk "antri dooong..", kali ini menahan amarah.

Kedua, pada saat antri. Pada waktu begini nih yang membuat saya makin geram, beberapa calon penumpang yang menunggu saling berhimpit-himpitan juga dorong-dorongan, seperti posisi sedang mengambil antrian sembako. Sewaktu di halte Blok M, suasana hari itu sangat terik, jam menunjukkan angka 12.15. Antrian makin bertambah padat dan saya sudah mulai merasa sesak. bukan karena antrian itu, tapi beberapa sikap orang yang main dorong seenaknya ditambah lagi bebagai aroma menyatu disitu.

Ketiga, pada saat memasuki dan keluar busway. Puncaknya ketika busway tiba, baru saja busway menurunkan penumpang di pintu sebelumnya. Eh...aksi dorong-mendorong semakin intens. Alhasil saya yang bertubuh kecil dan merasa sudah di tengah terhimpit terbawa arus. Lalu busway tiba di pintu masuk calon penumpang. Kondisi semakin sengit, seperti penumpang kereta ekonomi yang berebutan sewaktu memasukinya, sungguh SERABUTAN!!! Tak ada pikiran kalau-kalau ada yang terjepit atau terjatuh. Penjaga pintu busway pun kewalahan menampung penumpang yang bakal melebihi kapasitas. Seorang ibu berjilbab terjerembab dalam busway karena aksi tersebut, akhirnya pintu ditutup dengan paksa yang sebelumnya harus dihalang-halangi masuk. Antrian bertambah, sekarang posisi saya sudah di bagian paling depan pintu masuk busway. Fiuhh!!! Lima belas kemudian busway kembali datang, seperti biasa aksi dorong mendorong pun terjadi lagi padahal busway masih menurunkan penumpang di pintu sebelumnya. Alhasil karena jengkel dan juga spontanitas naluri self defense mechanism saya keluar, i shout sambil membalikkan kepala ke belakang "BISA NGGAK SIH NGGAK PAKE DORONG-DORONGAN???KALAU ADA YANG JATUH GIMANA COBA???".

Aksi mereda beberapa menit, busway tiba di hadapan saya yang kemudian dilanjut mengambil posisi tempat duduk kosong di bagian depan sebelah kiri supir. Saya masih melihat aksi yang sama parahnya, dan saya cuma bisa geleng-geleng kepala sambil menggerutu "susah kalau di Indonesia, yang bagus-bagus nggak bakalan tahan lama". Saya jadi teringat diskusi dengan seorang kawan dengan gaya khas yang ujung-ujungnya bilang "kita masih di Indonesia bung!". Negara yang masih aja berada di posisi negara dunia ke-3, bilang aja negara berkembang, rasionalisasinya masih butuh proses untuk berubah, jadi harap dimaklumi kejadian-kejadian seperti diatas terjadi.
Satu hal, mungkin terbiasa mengejar-ngejar angkot dimana adrenalin terlatih untuk dipacu, jadi suka main serobot!

ahh..mungkin saya saja yang salah berpikir, overgeneralisasi gitu.

No comments:

Post a Comment

jika mampir dan sempat membaca, silahkan sejenak berkomentar...terima kasih ^_^