Entah sudah ke berapa kalinya orang-orang di sekeliling saya menanyakan hal ini. Pertanyaan yang seakan-akan membuntuti saya selama 2 tahun terakhir, saya sendiri bingung kenapa mesti seputar ini?apa sudah tak ada lagi hal lain yang lebih penting untuk dibahas?.Akhirnya saya selalu memutuskan untuk positive thinking, yeah..they really really care bout me, meski mungkin beberapa orang menanyakannya bukan dalam bentuk kiasan tapi memang betul-betul ingin menjodohkan saya dengan beragam tawaran karakter. Tapi maaf kawan! Bukannya saya tak menghargai kepedulian kalian tentang hal ini, ada hal-hal yang kalian tidak ketahui dengan baik tentang saya, pun kalian tahu kan sulit untuk memahaminya.
Saya yakin kalian sangat tahu prinsip saya, iya..saya memang hanya mau banyak bersahabat dengan banyak orang dengan karakter yang berbeda. Saya hanya mau menata dan menjalani hidup dengan my own way dan kalian sangat tahu kemungkinan saya untuk masuk ke dalam kegelapan terbuka lebar. Tapi ingat! Sebenarnya kita tak pernah bisa mengukur definisi kegelapan atau kejerniahan hati seseorang, selalu saja saya syukuri ada kalian yang selalu mengingatkan saya jika alpa atau lupa dengan senyum, sapaan, nasihat, diskusi yang selalu mengingatkan saya kepada-Nya dan untuk kembali lurus menata hati. Menyelami kegelisahan-kegelisahan hanya kepada-Nya, Sang Pengasih dan Penolong. Setiap kegelisahan adalah baik, berarti kita masih hidup dan menyadarkan kita untuk menjadi tenang menghadap-Nya, merindukan-Nya dengan segala kekhusyuan.
Saya jadi teringat dengan percakapan dengan seorang teman yang tanggapannya selalu saja membuat saya gemas “kglishn, ibdah ato apapn yg sfat “vertikal”, itu adalah ksendirian/kesunyian qt msing2.”. saya lupa saya menjawab apa, tapi jawaban saya menyiratkan bahwa saya kurang setuju, bukan berarti tak benar. Yang saya pahami, jika kita hanya sendirian untuk menanggung hal-hal itu semua, pikiran, hati dan jiwa kita tak kan cukup untuk memberikan jawaban dan tak terjamin tetap kokoh pada titik yang seimbang atau akan meningkat. Sebab kita manusia, seperti yang selalu kau katakan kepada saya “manusia itu unik”. Sebab iman itu bisa goyah, sebab hati itu abstrak, sebab jiwa itu labil, sebab manusia bukanlah sekedar makhluk individualis, sebab manusia bersentuhan dengan beragam kondisi dan situasi yang sulit bisa membuatnya berada dalam ke-tawadzunan. Juga, sebab setiap individu memiliki masalahnya yang terkadang dia sendiri sulit memecahkannya. Maka saling mengingatkanlah kalian dalam kebaikan dan kesabaran, berlomba-lombalah dia dalam kebaikan, bermusyawarahlah, tegas-Nya dalam surat cinta yang Dia kirimkan.
Itulah sebabnya kau selalu membutuhkan teman diskusi ketika sedang futur (keimanan yang turun), itulah sebabnya kau mungkin selalu ingin mengajakku berdiskusi tentang banyak hal dan yang pasti tentang hidup. Dan saya orang yang enggan berbicara untung rugi masalah hati, maka saya enggan mengirimkanmu ayat-ayat yang sebenarnya katamu secara tersirat kau bisa pahami sendiri dengan caramu, saya selalu menggantungmu dengan diskusi-diskusi yang tak pernah selesai, dan banyak kisah yang selalu disembunyikan dalam hidup yang kita jalani sebab seorang individu tak mungkin bisa merasakan apa yang individu lain rasakan dengan murni, hanya merasakan dengan bayangan atau pengalaman dengan kediriannya. Lebih dari itu, kau seorang lawan diskusi yang tangguh dari beberapa sahabatku, kau sahabat yang paling singkat dikenal tapi tak pernah membuatku canggung mengajukan argumenku tentang apapun itu, nice to knew u buddy
Kembali ke masalah menikah, sungguh! Saya tidak gelisah karena tidak menyegerakan menikah, ini hanya masalah belum ada yang bisa meyakinkan saya untuk mengambil keputusan berani itu. Saya ingin mengambil keputusan secara sadar, meski tak semua dalam hidup itu hal-hal yang sadar dan disadari. Saya ingin mengambil keputusan itu dengan prinsip yang saya miliki, bukan hanya sekedar meraup kesempatan hanya karena dia seorang “dokter”, “ustadz”, “aktifis”, atau “drummer”. Saya hanya ingin mengambil keputusan itu, dengan diri ini yang betul-betul “click!” memilih, tentu saja dengan bimbingan-Nya. Kelak dia yang akan Dia berikan untuk saya, benar-benar bisa menjadi partner bukan hanya di akhirat tapi juga di dunia yang mungkin butuh sedikit sumbangsih saya menuju kedamaian batin dengan mengharap kebaikan dari-Nya.
Last but not least untuk semuanya, terimakasih banyak selalu mengingatkan :)
*terinspirasi dari sekian banyak orang yang berniat baik, juga seorang sahabat baru yang baik
No comments:
Post a Comment
jika mampir dan sempat membaca, silahkan sejenak berkomentar...terima kasih ^_^