16 May, 2005

My beloved sister

Image hosted by Photobucket.com Umurnya hanya berselang tiga tahun lebih muda dariku, tingginya pun tak jauh beda dengan tinggi badanku. Dia adik perempuanku yang dipanggil Nunu. Kami berdua sering dikira kembar, padahal menurutku tidak. Sedari kecil selalu bersama-sama, jika aku yang pergi dia pasti selalu ingin ikut. Begitu juga sebaliknya, jadi ayah tak pernah bisa mengajak seorang dari kami, pasti keduanya ikut. Sama halnya juga dengan masalah pakaian, sepatu, dan semua mainan yang dibelikan oleh ibu untuk kami berdua selalu sama dan karena hal itu aku sering merasa risih juga jengkel. Aku tidak suka sekali sewaktu kecil adikku ini selalu merengek minta sesuatu yang sama dengan milikku, belum lagi ibu selalu berusaha menyamakan segala hal bagi kami. Sungguh tidak nyaman bagiku, kadang aku kesal dan marah-marah dengan Nunu. Jika orang-orang menegurnya dan mengatakan dia kembar denganku, dengan bangga dia akan bercerita pada orang rumah. Lain halnya denganku yang selalu menunjukkan respon yang cuek dan cenderung tak suka. Entah kenapa dia tetap saja selalu baik dan merasa bangga memiliki kakak perempuan sepertiku, sedari kecil jika aku ngambek dan kesal padanya, ia selalu punya jurus untuk meluluhkanku dengan gayanya yang manja dan periang. Lucu juga sih, ada saat dimana aku benar-benar bisa dibuatnya terharu dan merasa bersalah atas perlakuanku padanya.

Saat ini aku sangat merindukan kehadirannya, aku tidak tahu mengapa akhir-akhir ini dia tak pernah menelponku. Bahkan beberapa kali kulayangkan sms untuknya dia tak pernah membalas, padahal bunyi sms-nya bukan nada menagih hutangnya padaku, hehehe… jika ibu menelpon dari Jakarta, pasti dia sedang tidak di rumah. Semenjak aku kuliah di Makassar, dia memutuskan untuk tinggal dengan kakak perempuanku. Katanya dia selalu kesepian jika harus tinggal bersama ibu, sebab ibu masih saja pergi dengan urusannya yang sekian banyak. Lagipula dia memutuskan tinggal bersama kakakku, karena semenjak aku di Makassar tak ada lagi saudara perempuannya yang dijadikan tempat untuk bergelayut manja. Dia tidak pernah bisa dekat dengan ke-empat saudara laki-laki kami, apalagi adik laki-lakiku yang bungsu, selalu menjadi musuh baginya. Aku benar-benar sangat menyayangi dia, mungkin ini sudah menjadi balasan untukku karena sewaktu liburan kemarin,aku pulang ke Jakarta dan sempat berkelahi hebat dengannya (biasa, kalau anak perempuan cenderung adu mulut alias saling mengejek). Aku berpikir mungkin saja dia masih mengenang kejadian itu, yang setelah kuingat-ingat kata-kataku benar-benar sangat menyakitkan. Aku juga heran mengapa pada waktu itu terbawa emosi dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya. Kok! Aku jadi nggak dewasa gitu yah?!?. Padahal dia memang seperti itu, nadanya selalu berkesan mengejek. Apalagi semenjak aku memanjangkan jilbabku, ada saja bahan ejekannya untukku yang juga diiringi oleh sepupu-sepupuku.

Ah…sudahlah, mengingatnya selalu membuatku ingin tersenyum sendiri. Tapi akhir-akhir ini dia benar-benar sudah membuatku sedih, merasa amat sangat kehilangan. Nunu, kok lo nggak pernah nelpon sih?!? I miss u my beloved sis!!!

De…,do you still remember your last hugs for me when I went back to Makassar? In the night before I go to the airport, we are in one bed. You ‘n kak tuti hugs ‘n sway me when I feel sleepy. Actually at that night my tears drop slowly. I love you so much my sis…

No comments:

Post a Comment

jika mampir dan sempat membaca, silahkan sejenak berkomentar...terima kasih ^_^