Aneh mungkin kedengarannya judul tulisanku diatas, tapi tulisan ini memang khusus kuberikan untuk seseorang yang tetap baik denganku hingga tiba pada umurnya yang seperempat abad ini. Apa iya manusia selalu berpikir dan mengingat berjalannya umur mereka? Kadang menurutku orang tak pernah menyadari umurnya sudah menginjak keberapa, mungkin juga tak mengingat apa saja yang telah dilalui, biasa saja gitu! Aku tak tahu apa dia hari ini sedang merayakan umurnya yang semakin bertambah nominalnya itu? Mungkin dengan mentraktir teman-temannya makan (kalo itu boleh dong kecipratan,hehehe…), mungkin juga berkumpul bersama keluarga (wah! Asiknya,hikz…hikz…mau juga), atau…mengkhayal candle light dinner sama gadis impiannya (deuuhh…romantisnya!hahaha…), atau kemungkinan terakhir dia diam dalam sebuah ruangan kecil (mudah-mudahan bukan WC!) terus berkontemplasi (ciiieeeh…), introspeksi diri (sok tua ah!), bikin rencana ke depan (tentunya dengan penuh harapan ‘n cita-cita yang tinggi), at last tetap SEMANGAAAT!!! (pasti nggak lupa berdoa supaya lancar-lancar aja..). itu mungkin yang akan dia lakukan. Lain halnya lagi orang-orang disekitarnya, aku yakin dia akan mendapat banyak kiriman ucapan, meskipun waktu dilahirkan sampai sekarang nggak pernah mau jadi selebritis. Entah itu yang bilang seperti ini : “eh..congrats yah yang ke 25, mudah-mudahan begini begitu dan sebagainya”, atau juga yang tanpa basa basi bercanda sekalian iseng-iseng berhadiah “slamet yah, mana traktirannya nih?”, atau ucapan yang bisa bikin sedikit down meskipun disampaikan dengan canda “duh…selamet yah, kapan nih undangannya?siapa yah cewek yang beruntung itu?”(wah…wah…meskipun buntutnya biking ge-er tapi kalimat tengahnya itu loh simple tapi dalem, jangan marah ya…). Pokoknya ucapannya begitulah nggak jauh-jauh dari yang bagus-bagus (namanya juga doa), doa memang cuma hal yang sederhana tapi kita tak pernah tahu seberapa besar pengaruhnya pada diri kita. Aku mau cerita sedikit nih…tetap dibaca yah!
# Ada sebuah kisah dua orang yang bersahabat, keduanya sama-sama terdampar di sebuah pulau terpencil. Masing-masing membuat tempatnya sendiri untuk tidur, kedua sahabat itu orang yang sama-sama memiliki keyakinan tersendiri tentang doa. Taruhlah kita sebut si A, dia selalu berdoa mengharapkan banyak hal dan itu selalu dia ulangi. Si A meminta makanan yang cukup untuk hidup di pulau itu, tak lama kemudian dia mendapatkannya. Lalu dia minta dipertemukan seorang perempuan untuk dijadikannya pasangan hidup disana, tak lama pun terpenuhi. Mendapatkan pasangan hidup yang tentu saja sesuai dengan yang dia inginkan. Akhirnya dia meminta untuk yang terakhir kalinya agar kembali ke tempat asalnya dengan membawa apa yang dia sudah dapatkan. Tak lama sebuah sampan terdampar di pulau itu, diapun sangat kegirangan begitupun istrinya. Tapi sayangnya perahu itu hanya bisa menampung dua orang, hanya dia dan istrinya. Bagaimana dengan sahabatnya, si B? Si B selalu dianggap si A tidak beruntung, Si A selalu bersyukur Tuhan selalu mendengar doanya dan menurutnya doa Si B hanya sia-sia karena kurang amalannya bahkan Si A berprasangka sahabatnya mungkin kebanyakan dosa (naudzubillah!). Akhirnya Si A pergi dengan membawa kebahagiaan, dia meninggalkan sahabatnya. Istrinya pun bertanya “mengapa kau tinggalkan sahabatmu?bukankah dia selalu berbuat baik padamu”, dengan santainya dia bilang “loh...lihat saja dia itu tak seberuntung aku, doaku selalu dikabulkan, doanya mungkin tak makbul”. Si perempuan berucap dengan nada bingung “bukankah kita tak tahu apa saja doa yang dia minta?siapa tahu doanya tidak seperti yang kau minta, kenapa kita tidak mendoakan saja supaya doanya terkabul”. Si A pun sempat berpikir mungkin ada benarnya apa yang dikatakan istrinya.
Tahukah dia bahwa sebenarnya setiap doa yang dia minta, setiap harapan yang dia inginkan, setiap permohonannya selalu terpenuhi karena ketulusan Si B yang sangat menyayangi sahabatnya dan selalu tak lupa menyempatkan menyebut nama sahabatnya dalam doanya agar semua yang terbaik untuk sahabatnya itu dipenuhi. Dia juga berdoa untuk dirinya, tapi dia masih menyempatkan sedikit ruang untuk memberi sahabatnya meskipun itu hanya doa. Hanya dengan ketulusan doa akhirnya dia bisa memberi kebahagiaan bagi saudaranya.
Sempatkah kita menyisihkan sedikit sedekah yang amat sederhana kepada orang lain? Ya…tidak perlu materi jika memang tak ada (orang masih mengandalkan kiriman,hehe..), atau mengorbankan waktu kita jika memang tak bisa (tahulah kalo aktivis sibuk,duh!!! ngaku-ngaku..). Tidakkah kita berpikir dengan doa kita sudah bisa membahagiakan orang disekitar kita, sangat sederhana melatih keikhlasan meskipun tak harus disampaikan kepada yang didoakan. Doa pun merupakan salah satu hal yang dapat mempererat hati manusia dalam bingkai kasih sayang jika diucapkan. Buktinya, ketika seorang teman berucap kata-kata yang baik (doa loh…, ex : good luck, sukses ya…) untuk kita pasti kita bukan hanya senang dan semangat dibuatnya, kita pun akan bertambah sayang ( kalau aku sih seperti itu…), menurutku benar apa yang disabdakan Rasulullah : “….ataukah kalian mau aku beri tahu sesuatu hal yang jika kalian lakukan dapat menimbulkan rasa saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian(H.R. Muslim)”. Aku hanya ingat bagian belakangnya saja hadist itu, tapi salam disitu menandakan doa. Semoga kita masih diberi kelapangan hati untuk saling mendoakan sesama, kapanpun dan dalam kondisi apapun. Semoga kita masih punya keinginan untuk berbagi.
Tulisan ini memang kubuat karena seseorang yang hari ini tepat berusia dua puluh lima, ya…seorang kakak yang mungkin dia masih berpikir belum ada yang dia berikan untukku. Tapi aku sangat menghargainya, aku banyak belajar darinya (meskipun memang dia sudah menjadi dosen, hehe…dosen muda bo!). Memang dia tidak memberikanku sesuatu dalam bentuk materi (tapi dia pernah beberapa kali mentraktirku loh…), tapi lebih dari itu dia sudah memberikan semangat dalam hidup orang-orang disekitarnya termasuk aku (ini bukan gombal pak! Jangan ge-er yah…).
Aku punya doa untuknya, dan mudah-mudahan doa itu selalu terpanjat meskipun frekuensinya lebih banyak ketika usianya bertambah karena banyak juga orang yang selalu menganggap istilah ‘ulang tahun’ adalah saat yang tepat. Tapi bukankah tak ada perayaan dan kata selamat untuk menandakan semakin dekatnya sebuah kematian? (kayak kata-katanya siapa yah?lupa!).
No comments:
Post a Comment
jika mampir dan sempat membaca, silahkan sejenak berkomentar...terima kasih ^_^