Kebenaran itu memang penuh dengan tantangan dan terkadang menyakitkan. Jalannya pun tak seperti apa yang kita bayangkan bahkan dengan apa yang kita inginkan. Kerikil-kerikil tajam harus kita lewati, cercaan dan hinaan harus kita telan. Namun pernahkah kita berpikir bahwa jalan dan proses menuju kebenaran itu sendiri adalah untuk mencapai kebaikan, baik itu pada jasmani maupun batin kita. Dinamika hidup lebih kita rasakan dengan manfaat dan hikmah yang rasanya tak terperi. Dengan proses itu kita dapat meyakinkan diri bahwa kita adalah manusia yang kaya dan beruntung. Merasa kaya karena telah merasakan beragam delik-delik kehidupan, romantisme-romantisme yang menyenangkan menuju kehidupan selanjutnya dimana apa yang kita dapat sesuai dengan proses yang kita jalani. Merasa beruntung karena banyak dikaruniai nikmat berupa tiga hal dari kisah diatas yaitu : akal, agama, dan akhlak yang dipergunakan sebagaimana mestinya agar optimal.
Ah…aku membayangkan tetap menjadi diri yang penuh dengan kesenangan, hura-hura dan segala limpahan dunia. Semua keinginan yang notabene bak oase itu dapat terpenuhi. Tak ada hambatan untuk mencapai suatu kenikmatan dan kesesatan, tak ada seni yang didapat melainkan hanya stagnansi hidup. Padahal aku sendiri mengakui hidup itu haruslah berseni untuk dinikmati. Bagaimana mungkin aku hidup seperti itu, tak terbayangkan sedikit demi sedikit menggerogoti jiwa hingga akhirnya jatuh ke liang lahat tanpa ada sesuatupun untuk dikenang, karena terlalu menyenangkan. Aku sendiri berpikir sesuatu itu lebih mudah diingat dan dikenang jika hal itu merupakan sejarah perjalanan dinamika hidup yang penuh dengan intrik dan cobaan. Sungguh pelajaran yang paling berharga dan semakin membuatku dewasa. Bukan seperti apa-apa yang ditampilkan sinetron-sinetron di negeriku yang sangat menjengkelkan dan sering membuatku muak melihatnya.
Manusia betul-betul dikatakan manusia apabila ia mau menjalani proses hidup dalam pencarian kebenaran meskipun sangat menyulitkan dan menyakitkan. Ah…lebih baik aku menjadi hamba yang hidup diatas kebenaran yang hakiki, dimana jiwa menentramkan meskipun fisik lahiriah terkadang menyakitkan. Toh! Kita kan manusia yang punya akal yang tahu bagaimana memecahkan suatu masalah dengan jalan yang baik. Kita bukanlah malaikat! Kesempurnaan kita menjadi makhluk membuat kita menjadi tidak sempurna karena diri kita sendiri dalam membuat pilihan.
Satu hal yang selalu aku tak suka yaitu kemunafikan. Bukankah itu sama halnya dengan seorang pencari kebenaran dengan ilmunya, mengetahuinya namun tak dapat memaknai dan mengaplikasikan yang tlah didapat. Lalu sebetulnya apa yang dicari? Hanya ketersia-siaan belaka! Ya… ALLAH jauhkan aku dari sifat itu, kemungkinan munculnya di diriku sangat besar. Naudzubillah…
Untuk teman-teman seperjuanganku, tetaplah semangat dalam pencarianmu. Doaku menyelimuti kalian. Smangat ya...
No comments:
Post a Comment
jika mampir dan sempat membaca, silahkan sejenak berkomentar...terima kasih ^_^