tiba-tiba aku merindukan laut
merindukan senja yang pernah kau antarkan untukku juga orang-orang di sekelilingmu
merindukan saat-saat berbicara apapun tentang hidup dalam gelap hingga terlelap
merindukan seorang kawan yang pernah menyediakan pangkuan dan bahunya sewaktuku jatuh
merindukanmu yang memancing senyum dan rona merah wajah ini, seperti senja terindah yang muncul di kotamu
di kotaku tak ada laut
kalaupun ada, hanyalah kamuflase atau mungkin manipulatif
atau mungkin juga karena ku tak menemukanmu meski dalam imaji
ya...tiba-tiba aku ingin ke laut
membuka dan menemukan kembali pusaran waktu,
tentang dirimu yang mungkin tlah menjadi kenangan,
bukan lagi kenyataan namun masih lekat dalam ingatan
atau kembali dari titik nadir,
saat kita tak saling mengenal dan dipertemukan Dia secara tak sengaja
mengapa sebelum engkau kembali mengarungi samudera tak sempat berucap?
sedangkan aku masih enggan mengambil teman seperjalanan menuju-Nya
jika bukan engkau
tertanda
blueveil
(di suatu subuh)
...
ReplyDeletetapi adakah yang lebih mesra
dari sepasang kekasih
yang mencukupkan diri
hanya dengan saling menyebut nama
dalam doa-doa panjang di akhir malam?
mereka saling menanti di atas sajadah.
tak ada, tak ada yg lebih mesra yg mengalahkan apa yg kamu blg. dan hingga saat ini itulah ikhtiar terbaik. mmhhh..smua yg ada dlm puisi ini ungkapan konotatif :) krn sy benar2 mengaguminya,membuat hati smakin dekat dgn-Nya /(^_^)\
ReplyDeletemakasih commentnya, very touching..