22 August, 2007

perempuan yang merindukan laut



tiba-tiba aku merindukan laut
merindukan senja yang pernah kau antarkan untukku juga orang-orang di sekelilingmu
merindukan saat-saat berbicara apapun tentang hidup dalam gelap hingga terlelap
merindukan seorang kawan yang pernah menyediakan pangkuan dan bahunya sewaktuku jatuh
merindukanmu yang memancing senyum dan rona merah wajah ini, seperti senja terindah yang muncul di kotamu

di kotaku tak ada laut
kalaupun ada, hanyalah kamuflase atau mungkin manipulatif
atau mungkin juga karena ku tak menemukanmu meski dalam imaji

ya...tiba-tiba aku ingin ke laut
membuka dan menemukan kembali pusaran waktu,
tentang dirimu yang mungkin tlah menjadi kenangan,
bukan lagi kenyataan namun masih lekat dalam ingatan

atau kembali dari titik nadir,
saat kita tak saling mengenal dan dipertemukan Dia secara tak sengaja

mengapa sebelum engkau kembali mengarungi samudera tak sempat berucap?
sedangkan aku masih enggan mengambil teman seperjalanan menuju-Nya
jika bukan engkau

tertanda

blueveil

(di suatu subuh)

2 comments:

  1. ...
    tapi adakah yang lebih mesra
    dari sepasang kekasih
    yang mencukupkan diri
    hanya dengan saling menyebut nama
    dalam doa-doa panjang di akhir malam?
    mereka saling menanti di atas sajadah.

    ReplyDelete
  2. tak ada, tak ada yg lebih mesra yg mengalahkan apa yg kamu blg. dan hingga saat ini itulah ikhtiar terbaik. mmhhh..smua yg ada dlm puisi ini ungkapan konotatif :) krn sy benar2 mengaguminya,membuat hati smakin dekat dgn-Nya /(^_^)\
    makasih commentnya, very touching..

    ReplyDelete

jika mampir dan sempat membaca, silahkan sejenak berkomentar...terima kasih ^_^